Busana Muslim Lokal Markamarie Bantu Pengungsi Internasional

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Quartantyo Yoga Utomo (Marketing Communications & PR Manager Plaza Indonesia), Franka Soeria (Founder Markamarie), Natasha Sjahrir (Perwakilan Siji Indonesia), Ismail Semin (Markamarie Council of Modest Fashion), di Konferensi Pers Jakarta Ramadan 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 8 Mei 2019.Tempo/Astari P Sarosa)

Quartantyo Yoga Utomo (Marketing Communications & PR Manager Plaza Indonesia), Franka Soeria (Founder Markamarie), Natasha Sjahrir (Perwakilan Siji Indonesia), Ismail Semin (Markamarie Council of Modest Fashion), di Konferensi Pers Jakarta Ramadan 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 8 Mei 2019.Tempo/Astari P Sarosa)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Merek busana muslim lokal Markamarie memberikan pelatihan dan memberdayakan pengungsi dari berbagai negara, termasuk Afghanistan dan Pakistan, demi menciptakan kesempatan-kesempatan baru bagi mereka. Dilansir dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), sekitar 14.000 pengungsi hidup di Indonesia.

Jakarta memiliki peran penting dalam penyertaan pengungsi. Karena itu, Markamarie membuat Benang Project untuk memberikan pekerjaan ke pengungsi di Indonesia.

Benang Project ini didirikan  September 2018, namun sudah digunakan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa. Swiss, untuk menjadi contoh persatuan dan sinergi antar negara.

Artikel lain:

Baju Muslim Model Syari Laris Manis di Ramadan 2019

“Kita memberikan pelatihan ke para pengungsi di sini dan juga kolaborasi dengan desainer muda Indonesia. Koleksinya sudah diperlihatkan di empat negara, dan beritanya sudah ditulis dalam enam bahasa,” tutur Franka Soeria, Pendiri Markamarie.

Franka berharap kalau proyek ini bisa mendorong bisnis-bisnis modest lain untuk membuktikan kalau mode modest bukan hanya mengenai busana tertutup.

“Kita bikin dengan langkah kecil, dan seiring waktu bisa melakukan langkah bersama dan bisa menolong lebih banyak orang,” lanjut Franka.

Dia mengatakan kalau proyek ini juga sudah menjadi inspirasi untuk proyek-proyek kecil di negara lain, agar bisa membantu pengungsi yang butuh pekerjaan dan penghasilan.

“Apa yang saya lakukan itu hal kecil, dan bisa dilakukan di tempat lain,” jelas Franka.

Dia mengatakan kalau mode bukan hanya soal kemewahan penampilan seseorang. Bahkan, Franka mendorong desainer mode modest untuk membuat desain yang bisa digunakan berkali-kali.

Dia tidak ingin mode modest menjadi suatu hal yang konsumtif. Dia mengingatkan kalau mode modest itu lebih dari bahan, tren, dan desain. Mode modest seharusnya bisa menjadi cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Baca juga:

Bedanya Gaya Busana Muslim Malaysia dan Indonesia

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."