Faktor Pemicu Anak Suka Mendengkur, dari Kegemukan sampai Alergi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak tidur. Shutterstock

Ilustrasi anak tidur. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Jika biasanya orang dewasa mendengkur saat tidur, ternyata anak-anak juga bisa mengalaminya. Saat mendengkur, anak mengalami sindrom henti napas obstruktif atau obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). Salah satu pemicunya adalah obesitas alias kegemukan.

Baca juga: Kenali 8 Penyebab Anak Stres dan Gejalanya

Spesialis anak dari Poliklinik Advance RSIA Bunda Jakarta, dr. Abdullah Reza, SpA menjelaskan, 30 persen anak obesitas mengalami OSAS. Jika anak mendengkur dengan dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam seminggu, Anda patut memeriksakan ke dokter untuk mengecek adakah pembengkakan adenoid (kelenjar di hidung yang menyerupai amandel) dan tonsil alias amandel itu sendiri. Kedua pembengkakan ini juga merupakan faktor pemicu mendengkur.

Selain itu, apakah orang tua yang mendengkur bisa mewariskan bakat mendengkur kepada anak? Abdullah menerangkan, pembengkakan di area hidung dan amandel sebenarnya dipicu oleh alergi. Sementara bakat alergi biasanya diwariskan dari orang tua.

"Manifestasi alergi macam-macam. Pada kulit misalnya, kemerahan. Pada saluran pernapasan, ia mendengkur. Hidung tersumbat juga manifestasi alergi. Kalau ditanya berapa persen kasus orang tua mewariskan bakat mendengkur kepada anak? Di Indonesia, belum ada penelitiannya," ujar Abdullah.

Abdullah melanjutkan, "Namun jika salah satu orang tua alergi, maka potensi anak alergi menjadi dua kali lipat. Kalau kedua orang tuanya alergi, peluang si kecil alergi menjadi 4 kali lipat. Dengan kata lain, kalau salah satu orang tua mendengkur, bisa jadi peluang anak mendengkur 2 kali lipat."

Tapi anak alergi belum tentu mendengkur. Alergi hanya salah satu pemicu mendengkur. Selain alergi, ada faktor pencetus lain.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."