Jangan Asal Unggah soal Anak di Media Sosial, Awas Dampaknya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi Media Sosial. Kredit: Forbes

Ilustrasi Media Sosial. Kredit: Forbes

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menuliskan status tentang anak, mengunggah foto dan video anak, hingga membagikan apa saja kegiatan anak di media sosial sudah menjadi kegiatan yang umum dilakukan oleh ibu-ibu sekarang. Bahkan, saat ini muncul istilah sharenting, yang mengacu pada kebiasaan orang tua mengunggah apapun tentang anak di media sosial.

Sebelum terbawa arus sharenting, coba ketahui dulu bagaimana pengaruhnya pada perkembangan anak. Pada survei tahun 2010 di Amerika Serikat, diungkapkan bahwa 92 persen anak berusia 2 tahun sudah mempunyai jejak digital yang diakibatkan oleh kegiatan sharenting tersebut. Masalahnya, enam tahun kemudian muncul survei yang hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar anak merasa tidak nyaman jika orang tua terlalu banyak mengungkap informasi detail mereka di internet tanpa persetujuan.

Baca juga:
Pantau Aktivitas Anak di Media Sosial, Pahami f-Insta dan r-Insta

Selain masalah privasi data pribadi, termasuk kemungkinan pencurian identitas pada anak yang terlalu diekspos di media sosial, pernahkah berpikir soal apakah hal-hal yang Anda unggah di internet akan mempengaruhi anak di masa depan?

Jejak digital sulit dihapuskan. Kelak, teman-teman sekolah anak bisa melihat bagaimana foto mereka saat sedang menangis atau bahkan tanpa busana di masa bayi, dan atasan mereka di kantor kelak bisa menyaksikan video ketika anak mengalami tantrum saat balita. Pernahkah membayangkan bagaimana perasaan anak ketika itu terjadi?

Meskipun tidak ada orang tua yang sengaja melakukan hal buruk untuk masa depan anak, banyak yang tidak sadar perbuatan sharenting mereka menimbulkan risiko di masa mendatang.

Ilustrasi anak berselfie dengan orang tua. cdn.co

“Ketika semua yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan anak menjadi konsumsi publik, ini membuat mereka tidak mempunyai privasi,” kata Eileen Kennedy Moore, psikolog klinis asal New Jersey, Amerika Serikat, yang fokus pada pola asuh anak dan perkembangan sosial dan emosional anak.

Bagaimana orang tua mengekspos anak di media sosial juga dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan anak di masa datang, terutama ketika anak memasuki masa remaja. Kegiatan ayah dan ibu di media sosial dapat mendatangkan masalah tidak perlu dalam hubungan orang tua dan anak, terutama pada remaja dan pra-remaja.

Moore mengingatkan orang tua harus waspada bukan hanya dengan konten apa yang sudah mereka unggah ke media sosial, namun bagaimana respon dari warganet yang didapat via kolom komentar sebab kelak anak bisa membaca komentar-komentar negatif itu dan mempengaruhi kepercayaan diri dan perasaan.

Baca juga:
Orang Tua Bikin Akun Media Sosial untuk Anak, Jangan Lupa Privasi

“Saya tidak bisa menemukan aspek perkembangan positif yang bisa didapat dari warganet yang terus memberikan kritik secara konstan,” kata Moore.

“Rumah harus bisa menjadi tempat di mana kita tidak perlu berusaha menampilkan citra tertentu. Kita bisa hanya relaks, menjadi tidak sempurna, dan tetap dicintai,” lanjut Moore. Komentar negatif di media sosial bisa membuat anak merasa tidak dicintai.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."