Selain Kurangi Sampah, Ini Keuntungan Menstrual Cup dari Pembalut

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi menstrual cup. depositphoto

Ilustrasi menstrual cup. depositphoto

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menstrual cup belum terlalu familiar di telinga para perempuan Indonesia. Bukan berarti pula tidak ada yang memakai menstrual cup sebagai pengganti pembalut dan tampon.

Dwi Sasetyaningtyas atau akrab disapa Tyas, pendiri Sustaination, dan dokter spesialis kebidanan dan kandungan Riyana Kadarsari termasuk yang memakainya. Tyas sudah memakai sejak satu setengah tahun lalu, sedangkan Riyana sudah delapan tahun.

Saat ditemui di acara “The #NewPeriodIndonesia: Introduction to a Menstrual Cup” beberapa waktu lalu, keduanya pun berbagi pengalaman dari sudut pandang masing-masing. Menurut Riyana, para perempuan kerap berpikir keras memakai menstural cup karena ada proses memasukkan benda ke dalam vagina dan pengalaman nyeri bila tidak tepat pemakaiannya.

Baca juga:
Survei Kebersihan Menstruasi, dari Ganti Pembalut sampai Infeksi

“Bagi orang yang memakai pembalut, pasti sudah terbiasa simpel. Tinggal buka dan tempel di pakaian dalam. Sedangkan menstrual cup dirasa menantang karena memasukkan ke dalam vagina. Itu diakibatkan karena kurangnya pemahaman soal anatomi tubuh sendiri, terutama vagina,” jelasnya.

“Ada budaya timur yang kerap membuat kita tabu menjelajahi area tersebut. Padahal tidak apa-apa mengenal organ sendiri. Dan perlu ingat, di dalam vagina itu tidak ada saraf. Bila di pemakaian awal menstrual cup terasa nyeri ada dua faktor. Kamu risih, stres, dan serba salah, jadinya menegang dan menyentuh kulit perineum. Kalau terasa nyeri atau sakit itu karena menyentuh kulit perineum antara vulva dan anus yang memiliki banyak titik saraf,” kata dokter yang berpraktik di Bintaro Women and Children Clinic ini.

Dijelaskan pula oleh Riyana bahwa beda menstrual cup dengan pembalut adalah cara menyimpan darah.

“Bedanya menstrual cup dengan pembalut sekali pakai atau pembalut kain adalah fungsi wadahnya. Pembalut sekali pakai dan kain berfungsi menyerap dan menyimpan darah yang keluar. Kondisi itu berpeluang menyebabkan potensi iritasi,” urainya.

Mesntrual cup. Pixabay.com

“Jika kamu pakai pembalut kain yang bisa dicuci, apakah cara kamu mengeringkannya benar-benar kena matahari. Kalau kondisinya lembap bisa jadi ada jamur. Kalau cuma diangin-anginkan bisa saja timbul jamur dan potensi infeksi. Sama juga keluhannya dengan pembalut sekali pakai, keluhannya adalah keputihan atau iritasi karena dia menyimpan cairan. Buktinya kalau pakai pembalut biasa, saya menemui pasien yang mengeluhkan keputihan tidak hilang karena sebetulnya cairan kumannya pun akan menempel di pembalutnya,” jelas Riyana.

Dia pun melanjutkan penjelasannya, “Kalau menstrual cup hanya menampung, jadi bila sudah penuh tinggal buang. Terhindar dari risiko keputihan saat haid. Buang, cuci, dan pakai lagi. Jadi, relatif bersih asalkan ikuti petunjuk membersihkannya dengan sterilisasi setelah masa haid berakhir. Cukup rebus di dalam air mendidih selama 5-10 menit dan, selalu cuci tangan saat pemakaian menstrual cup.”

Sedangkan menurut Tyas sebagai pendiri Sustaination, platform gaya hidup berkelanjutan dan minim sampah, menstrual cup lebih sehat dari segi bahan-bahan dibandingkan pembalut. 

“Bahan-bahan kimia yang ada di pembalut sangat mudah sekali masuk di dalam aliran darah. Di antaranya masih adanya dugaan zat dioksin di pembalut yang beredar di pasaran,” kata Tyas.

“Dioksin bisa berakibat sangat buruk pada janin dan baru bisa hilang enam turunan. Jadi bisa saja saya meninggal, tapi dioksin ini masih ada di cucu dan cicit. Ada juga kandungan klorin yang masih ditemukan di sejumlah pembalut yang kerap memicu iritasi dan gatal-gatal. Sementara di Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sudah lama melarang penggunaan klorin pada pembalut. Menurut saya menstrual cup ini opsi produk higienis yang lebih sehat untuk perempuan Indonesia,” urai Tyas.

Artikel lain:
6 Fakta yang Harus Kamu Ketahui Tentang Menstrual Cup

 

Selain itu, ketahanan menstrual cup yang bisa bertahan selama 8-10 tahun berdampak positif terhadap lingkungan.

“Bisa dibayangkan satu menstrual cup bisa dipakai selama 8-10 tahun. Ketika kamu menstruasi memakai pembalut bisa mengganti delapan kali pembalut dalam sehari di dua hari pertama haid. Setelah itu intensitasnya berkurang menjadi tiga sampai lima kali dalam sehari. Bisa dibayangkan sampah pembalut yang kita buang selama 10 tahun,” tandasnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."