6 Mitos Menyusui dan MPASI, Simak Penjelasan Ahli

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi menyusui. MomJunction

Ilustrasi menyusui. MomJunction

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada berbagai mitos yang berseliweran tentang menyusui dan makanan pendamping air susu ibu atau MPASI. Dokter spesialis anak Yoga Devaera mengatakan masih banyak orang tua yang percaya mitos meski kebenarannya tak bisa dipertanggungjawabkan.

Baca juga:
Kunci Kebahagiaan Anak: Bermain Bersama Orang Tua
Cara Jenaka Zee Zee Shahab Tunda Desakan Tambah Anak

“Ketika mendapat nasihat dari orang lain, maka orangtua harus aktif mengkonfirmasi dan mencari informasi yang benar," kata Yoga Davaera seperti dikutip dari keterangan tertulis Philips. "Percayai sumber informasi kredibel seperti dokter, organisasi terpercaya atau situs parenting. Bukan blog post atau unggahan media sosial tanpa sumber yang jelas."

Yoga Davaera yang praktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menjelaskan beberapa mitos yang beredar di masyarakat dan mengklarifikasinya.

1. Bayi yang telah berusia 6 bulan membutuhkan tambahan jenis susu lainnya
"Ini tidak benar," kata Yoga Davaera. Setelah 6 bulan bayi memang memerlukan tambahan energi, protein dan terutama zat besi karena ASI saja tidak mencukupi. Namun yang mesti diberikan bukan susu formula, melainkan makanan padat atau makanan pendamping ASI yang mengandung zat yang dibutuhkan tadi.

2. Jika bayi diberi ASI dari botol, maka dia akan menolak payudara ibu
"Ini juga tidak sepenuhnya benar," ucap Yoga Davaera. Sebab, menurut dia, ada banyak bayi yang menyusui dari payudara dan botol secara bergantian tanpa masalah berarti. Selama botol itu diperkenalkan setelah sang bayi sudah mahir menyusui secara langsung dari payudara ibu.

3. Ibu menyusui hanya boleh makan makanan bercita rasa hambar
"Benar bahwa ibu menyusui harus memperhatikan apa yang ia makan, tapi bukan berarti harus ada banyak pantangan," ucap Yoga Davaera. Ibu menyusui bisa memakan makanan yang mereka suka selama tidak berpengaruh buruk pada kesehatan ibu, misalnya makanan yang dapat memicu alergi.

Yoga menjelaskan ada keuntungan bagi ibu yang tidak terlalu banyak pantangan ketika menyusui. Selain membuat ibu senang karena bisa menyantap beragam makanan dan mengurangi stres sehingga produksi ASI lebih lancar, si kecil tidak akan tumbuh menjadi anak yang pilih-pilih makanan, karena sudah diperkenalkan dengan berbagai rasa.

4. Ibu harus berhenti menyusui ketika sedang sakit
Tidak menyusui selama sakit bukan berarti bayi tidak akan tertular penyakit ibu. Di saat ibu menyadari bahwa ia tidak sehat, si kecil kemungkinan sudah mulai terpapar dengan virus atau bakteri penyebab infeksi. "Justru, menyusui ketika sedang sakit akan memberikan antibodi pelindung yang akan menjaga bayi tetap sehat," ucap Yoga.

5. Setelah kembali bekerja, ibu harus menyapih bayinya
Jika ibu berkomitmen memerah ASI, dia tetap bisa memberikan ASI bagi si kecil selama yang dia inginkan. Ibu bisa memerah dua hingga tiga jam sekali di sela pekerjaan. Ibu tetap menyusui di pagi hari sebelum berangkat dan di malam hari saat pulang kerja.

"Hal ini akan menjaga produksi ASI ibu tidak berkurang setelah kembali bekerja," kata YOga. "Jangan lupa mulai menabung ASI sebelum masa cuti melahirkan berakhir."

6. Makanan pendamping ASI harus terdiri dari banyak buah dan sayur saja
Selain karbohidrat, bayi juga membutuhkan tambahan protein dan terutama zat besi. Zat besi sangat penting untuk kecerdasannya dan penyerapan zat besi yang baik bisa didapatkan dari daging merah.

Apabila si kecil hanya diberikan buah dan tim sayur, makin lama si kecil akan kekurangan zat besi dan protein. "Ibu tidak perlu khawatir, pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah siap menyerap sumber protein hewani," kata Yoga.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."