Cara Masak Kalajengking yang Aman dan Jadi Keripik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Beberapa spesies kalajengking memiliki dua jenis racun kalajengking. Kredit: Wikipedia

Beberapa spesies kalajengking memiliki dua jenis racun kalajengking. Kredit: Wikipedia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagian orang dengan santainya menyantap aneka serangga, semisal belalang sampai kalajengking yang digoreng atau dipanggang. Sebelum mengolah kalajengking, harus tahu dulu cara menangkap yang aman. Sebab capit dan sungut kalajengking yang beracun sangat berbahaya.

Baca juga:
Kalajengking, Jenis Serangga Kesukaan Seleb, Makanan Masa Depan

Mengutip dari Hiking Mastery, cara terbaik menangkap kalajengking adalah dengan menusuk di antara punggung dan kepala. Kalajengking akan terus memberontak setelah ditusuk, karena itu sebaiknya langsung dipanggang. Jangan takut dengan racunnya karena akan hilang dengan sendirinya saat dimasak. Saat sudah matang, kalajengking akan terasa seperti keripik.

Bagi mereka yang suka bereksperimen dengan makanan, menyantap kalajengking dengan cara apapun tidak akan menjadi masalah. Tapi buat yang takut atau ragu makan kalajengking dan cuma penasaran dengan rasanya, bisa mencoba makanan unik ini setelah dipanggang. Beberapa orang yang perah makan kalajengking mengatakan rasanya seperti kulit ayam atau jagung berondong alias popcorn

Para ilmuwan melakukan tes untuk membuktikan bahwa kalajengking dapat dimakan dan bergizi. Mereka menguji kalajengking seberat 100 gram yang panjangnya 45 milimeter. Mereka mencuci kalajengking dengan air bersih, lalu dipanggang dalam oven dengan panas 105 derajat Celcius selama sekitar 3 jam.

Hasil penelitian menunjukkan makanan kalajengking merupakan sumber lemak, protein, dan mineral. Tubuh kalajengking juga penuh dengan fosfor dan kalsium, yang memainkan peran penting dalam meningkatkan koordinasi dan juga untuk menghindari penggumpalan darah.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."