Mengenal Istilah Turun Berok pada Miss V dari Sisi Medis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi bau tak sedap di area miss v. tabloidbintang.com

Ilustrasi bau tak sedap di area miss v. tabloidbintang.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Istilah turun berok atau peranakan yang turun mungkin tak asing lagi buat sebagian perempuan. Mereka yang hamil yang melahirkan secara normal dalam jarak yang dekat dan sering, berpotensi mengalami ini jika tidak melakukan perawatan organ kewanitaan dengan tepat.

Baca juga:
Ada Bercak Darah Saat Hubungan Intim, Waspada 4 Hal Ini
Celana Dalam Terbaik untuk Miss V, Kuman Tak Berkembang

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Nina Martini Somad mengatakan proses persalinan alami membuat otot vagina sampai panggul mengendur. Liang vagina yang begitu kecil dilewati kepala bayi yang berdiameter 9 sentimeter dan tubuh si kecil. Setelah itu Miss V kembali menyusut. Liang vagina, menurut Nina, bekerja seperti karet.

"Seperti karet yang direntangkan kemudian dikembalikan, tapi ukurannya tidak akan sama lagi seperti semula," kata Nina Martini. Jika perempuan bersalin beberapa kali, maka pengenduran otot vagina semakin menjadi. "Saya menemukan beberapa kasus rahim ibu turun karena berkali-kali bersalin. Itu yang disebut prolaps uteri atau orang awam menyebutnya turun berok. Rasanya tidak sakit, tapi tanpa disadari rahim sudah berada di luar vagina."

Nina Martini yang praktik di Rumah Sakit Hermina Bekasi ini menjelaskan, mereka yang mengalami turun berok akan menjalani operasi pengangkatan rahim. Ketika rahim diangkat, ukuran vagina memendek sehingga memicu masalah saat berhubungan intim. Seperti turun berok, kendurnya vagina tak disertai gejala spesifik. Hanya ibu dan suami yang merasakan kencang tidaknya otot Miss V ketika bersanggama.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Klinik Amaryllis Bekasi, Rikka Mulya Wirman mengetakan perawatan yang tepat dapat mengatasi otot vagina yang kendur karena berbagai sebab, termasuk melahirkan. Pada prinsipnya, otot vagina kurang kencang karena terjadi kerusakan atau menyusutnya jumlah kolagen di organ intim.

Kolagen adalah protein penyusun tubuh di berbagai jaringan. Di kulit, kolagen berperan penting karena menopang 70 persen kulit agar kulit tetap kencang. Rikka Mulya mengingatkan, proses penuaan mulai terjadi di usia 25 tahun. Sejak itu, setiap tahun jumlah kolagen menyusut sebesar 1 sampai 1,5 persen, termasuk kolaagen di organ intim. "Jumlah penyusutan kolagen meningkat saat memasuki fase menopause," kata dia.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."