Google Doodle Maya Angelou, 5 Tahun Bisu karena Pelecehan Seksual

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Penyair Maya Angelou tersenyum di sebuah event di Washington, Amerika Serikat, 21 November 2008. Angelou, seorang pelopor budaya, meninggal dunia, pada usia 86 tahun. AP/Gerald Herbert

Penyair Maya Angelou tersenyum di sebuah event di Washington, Amerika Serikat, 21 November 2008. Angelou, seorang pelopor budaya, meninggal dunia, pada usia 86 tahun. AP/Gerald Herbert

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Google Doodle hari ini, Rabu, 4 April 2018, menampilkan tokoh perempuan inspiratif, Maya Angelou. Perempuan yang lahir pada 4 April 1928 ini telah melewati pengalaman pahit dari zaman Jim Crow South di Amerika Serikat, saat orang kulit hitam mengalami diskriminasi yang sangat buruk.

Baca juga:
Maya Angelou Jadi Tokoh Google Doodle Hari ini, Berikut Profilnya

Dilansir dari Newsmax dan Medical Daily, Maya Angelou lahir dengan nama Marguerite Johnson di St Louis dan dibesarkan di Stamps dan San Francisco, Amerika Serikat. Angelou sering bolak-balik antara rumah orang tuanya dan neneknya. Ketika kecil, Angelou dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Pada satu waktu, dia berani membalas ucapan diskriminatif, yang dikatakan seorang kulit putih pemilik sebuah toko di Arkansas.

Namun kisah kelam menimpanya pada usia 8 tahun. Saat itu, dia diperkosa pacar ibunya. Kejadian itu membuat dia menolak bicara selama lima tahun. Hingga seorang guru memperkenalkan bagaimana cara mengatasi peristiwa traumatis tadi dan mengekspresikannya. Angelou mempelajari berbagai literatur untuk melepaskan dan belajar dari pengalaman pahit tadi.

Hillary Rodham Clinton berbincang dengan Maya Angelou di Wake Forest University, Winston-Salem, Amerika Serikat, 18 April 2010. Angelou yang dibesarkan di tengah kemiskinan, separatisme, dan kekerasan berhasil menjadi sebuah kekuatan tersendiri di panggung, layar lebar, dan media cetak. AP/Chuck Burton

Ketika beranjak remaja, Angelou mencoba mandiri sekaligus melarikan diri dari masalah keluarga. Dia bekerja sebagai penyanyi klub malam di New York dan San Francisco hingga mengubah namanya menjadi Maya Angelou ketika dia menjadi penari kabaret pada awal usia 20-an. Saat tinggal di San Francisco, dia pernah berpacaran dengan orang yang sering memukulinya hingga dia tak sadarkan diri. Saat itulah ibu Angelou, Vivian Baxter, menyelamatkannya dari orang tersebut.

Pada usia 30-an, Angelou mulai menekuni dunia tulis-menulis. Dia bergabung dengan Harlem Writers 'Guild dan menjadi aktivis untuk hak-hak orang kulit hitam. Bagian tulisan Angelou tentang perkosaan dan kehamilan remaja membuat buku itu tercantum daftar karya Asosiasi Perpustakaan Amerika. Meski begitu, masih ada orang yang keberatan dengan tulisan tersebut.

Maya Angelou dan Oprah Winfrey tertawa bersama saat syuting "Surprise Oprah! A Farewell Spectacular" di Chicago, Amerika Serikat, 17 Mei 2011. Angelou adalah guru bagi Winfrey. Keduanya mulai berteman ketika Winfrey masih menjadi seorang reporter televisi lokal. AP/Charles Rex Arbogast

Menanggapi keberatan tersebut, Maya Angelou berkata, "Buku ini berbicara tentang bagaimana bertahan hidup dan tidak ada maksud menjelekkan orang lain." Angelou mengaku terkejut ketika ada orang-orang yang meminta buku itu dilarang terbit dan beredar. Kisah Angelou sekarang telah membuat banyak orang kagum. Seorang anak korban kekerasan seksual dan berani mengalahkan segala ketakutan untuk menceritakan kisahnya di salah satu memoar yang paling banyak dibaca pada abad ke-20.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."