Intropical Purana Hadirkan Kekayaan Flora Fauna Indonesia - Kecantikan Cantika.com

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Intropical Purana Hadirkan Kekayaan Flora Fauna Indonesia

foto-reporter

Reporter

google-image
Koleksi Purana x Sarkodit Spring Summer 2018 berpola flora dan fauna khas Indonesia. TEMPO/Astari P. SArosa

Koleksi Purana x Sarkodit Spring Summer 2018 berpola flora dan fauna khas Indonesia. TEMPO/Astari P. SArosa

Advertisement

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia sangat kaya akan flora dan fauna, namun sudah tidak banyak yang mengetahui nama-nama dan bentuk flora dan fauna khas Indonesia. Untuk mengingatkan wanita Indonesia agar lebih mengenal, mencintai, dan menjaga keindahan alam Indonesia, label fashion Purana meluncurkan 30 koleksi Spring Summer 2018 yang bertajuk “Intropical.”

Dalam pembuatan koleksi ini, pendiri dan direktur kreatif Purana Nonita Respati melibatkan seniman Aditya Pratama atau yang dikenal dengan nama Sarkodit untuk menggambarkan flora dan fauna khas Indonesia. Misalnya Jalak Bali, Elang Jawa, Krakatau Jambul Kuning, Cendrawasih, Sikatan Aceh, Anggrek, daun Dadap Sedep, cempaka dan daun Wali Songo. 

Koleksi PURANA x Sarkodit Spring/Summer 2018, pola flora dan fauna khas Indonesia, di Hotel Raffles Jakarta, 16 Januari 2018. TEMPO/Astari P Sarosa

Baca juga: Nonita Respati Dapat Inspirasi Koleksi Terbaru dari Menyelam

“Intropical itu intro untuk musim tropis. Kali ini kita ingin angkat endemik flora dan fauna Indonesia, berkerjasama dengan seniman Sarkodit,” ujar Nonita dalam konferensi pers di Raffles Hotel Jakarta, Selasa 16 Januari 2018.

Motif flora dan fauna ini dituangkan dalam busana seperti jumpsuit, dress, atasan dan bawahan, serta scarf atau selendang. Sedangkan warna-warna yang digunakan adalah  palet warna biru langit, hijau pastel, dan salem, sesuai dengan warna musim semi.

Selain ingin mengenalkan flora dan fauna khas Indonesia, Nonita juga ingin meningkatkan kepedulian pada lingkungan dengan tidak menggunakan bahan dari polyester, tapi linen dan katun untuk mengurangi limbah dari pakaian. “Saya suka pergi diving, dan dari situ menjadi lebih khawatir dengan keadaan alam, seperti plastik. Karena itu kita juga menggunakan bahan yang lebih mudah hancur, seperti linen dan katun, dibanding polyester,” ujarnya. 

Baca juga: Desainer Gisca Dmelia Bawa Kain Sumba ke New York

Koleksi Purana Spring/Summer 2018 menggunakan bahan line, katun, dan tenun serta warna alami. TEMPO/Astari P. Sarosa

Tidak hanya bahan ramah lingkungan, pewarnaan untuk kain tenun tangan pun menggunakan bahan alami. Seperti pohon Tarum, daun Ketapang, Mahoni, daun Mangga, Secang dan Gallingem. 

ASTARI PINASTHIKA SAROSA

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement