Pilih - pilih Alat KB : Suntik, Pil, Implan, atau IUD

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Alat kontrasepsi. TEMPO/Syamsul Marlin

Alat kontrasepsi. TEMPO/Syamsul Marlin

IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Program Keluarga Berencana atau KB bertujuan menekan dan membatasi angka kelahiran pasangan subur melalui alat konstrasepsi. Metode kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia saat ini adalah KB suntik dan pil KB. Pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek ini mencapai sekitar 50 persen.

Baca juga:
Ketahui Ragam Alat dan Metode Kontrasepsi
Plus Minus Alat Kontrasepsi, Anda Pakai yang Mana?

KB suntik dapat dilakukan setiap sebulan atau tiga bulan sekali oleh bidan. Sedangkan pil KB harus diminum setiap hari dalam waktu yang sama. Kedua alat ini yang paling digemari masyarakat karena lebih mudah digunakan. Padahal tingkat kegagalannya lebih tinggi dibandingkan alat kontrasepsi yang lain.

Pilihan alat kontrasepsi yang lebih efektif dengan angka kegagalan rendah lainnya adalah IUD atau spiral dan implan. IUD merupakan perangkat kontrasepsi kecil berbentuk T yang dipasang di dalam rahim, ada yang menggunakan tembaga dan levonogestrel. Sedangkan implan selama ini dikenal dengan istilah susuk KB, berbentuk batang kecil yang berisi hormon progestin.

“Pil dan suntik KB memiliki tingkat kegagalan lebih tinggi dibandingkan alat KB jangka panjang seperti implan dan IUD, karena pil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama, dan suntik dilakukan satu atau tiga bulan sekali,” ujar Julianto Witjaksono, Konsultan Fertilitas dan Endokrinologi dan Reproduksi Rumah Sakit Universitas Indonesia, dalam diskusi Forum Ngobras di Jakarta, Senin 11 Desember 2017.

Data WHO tahun 2011 menunjukkan, tingkat kegagalan dengan pil KB sekitar 90 per 1000 orang, dan KB suntik 60 per 1000 orang. Sementara implan memiliki angka kegagalan hanya 0,5 persen paling kecil dibandingkan spiral yang angka kegagalannya mencapai 8,5 orang dari 1000 pengguna.

Pemasangan alat kontrasepsi implan (ilustrasi)

Namun implan memang kurang populer di Indonesia. Data BKKBN atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional pada 2013 menunjukkan, peserta baru KB implan sebanyak 9,23 persen, IUD 7,75 persen, suntik 48,56 persen, pil 26,60 persen dan kondom 0,6 persen. Salah satu penyebabnya adalah harga implan yang memang lebih mahal.

Menurut Julianto, ada beberapa jenis implan KB yang sudah digunakan di Indonesia. Di tahun 1980-an misalnya, jenis implan yang dipakai adalah implan KB 6 batang. “Implan KB 6 batang saat ini sudah tidak ada lagi karena banyak, jadi susah mengangkatnya. Yang terbaru adalah implan satu atau dua batang supaya lebih mudah dipasang,” ujarnya.

Semakin kecil jumlah batangnya, pemakaian semakin mudah menenamkannya ke dalam kulit tapi manfaatnya tetap sama. Implan berdiameter 1-2 milimeter. Pemasangannya dilakukan di bawah kulit lengan atas dengan menggunakan alat pemasang khusus atau trocar, oleh dokter kebidanan dan kandungan atau bidan yang sudah mendapatkan pelatihan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."