Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ikatan Dokter Anak Indonesia ke Badan Gizi Nasional: Setop Keracunan pada MBG

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi anak keracunan makanan. Shutterstock

Ilustrasi anak keracunan makanan. Shutterstock

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah korban keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) per 21 September 2025 mencapai 6.452 orang. Angka ini naik 1.092 kasus dibandingkan data JPPI sepekan sebelumnya. Sejumlah lembaga dan stakeholders menyuarakan agar Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan MBG segera diatasi dan tidak terulang kembali di masa mendatang. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun menyampaikan keprihatinan mendalamnya, mengingat sebagian besar korban keracunan adalah anak-anak.

"Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan keprihatinan mendalam atas maraknya kasus keracunan makanan pada anak sekolah dalam kegiatan Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah," tulis IDAI dalam surat terbukanya kepada Badan Gizi Nasional yang diunggah ke Instagram, Jumat, 26 September 2025.

IDAI juga menyoroti korban keracunan MBG tidak hanya anak-anak sekolah, tetapi juga balita dan ibu hamil. Dalam surat terbuka tersebut, IDAI juga menegaskan lima poin penting dalam pengelolaan program MBG.  Poin pertama menyoroti kelompok rentan seeperti anak, balita, dan ibu hamil harus dilindungi dalam risiko keracunan makanan.

Keamanan pangan menjadi poin penting lainnya. Dengan mengikuti prosedur penyediaan, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi makanan yang sesuai standar keamanan pangan, maka kontaminasi bisa tidak terjadi.

Keseimbangan menu menjadi poin ketiga yang perlu diperhatikan bersama. IDAI merekomendasikan menu MBG harus bergizi seimbang dan disusun ahli gizi anak agar kandungan gizi terpenuhi.

Pengawasan diperketat. Satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) beserta seluruh kelengkapannya harus terverifikasi, dimonitor, dan dievaluasi oleh Badan Gizi Nasional (BGN).

Poin kelima menekankan perlunya prosedur mitigasi kasus keracunan makanan melibatkan pemerintah, sekolah, dokter spesialis anak, tenaga kesehatan, dan masyarakat.

Di penutupnya, IDAI meng-highlight kembali IDAI siap bekerja sama dengan berbagai pihak untuk MBG benar-benar memberikan manfaat kesehatan, gizi, dan masa depan yang lebih baik bagi anak Indonesia. "Stop Keracunan pada MBG," tutupnya.

Siswa korban keracunan menu makan bergizi gratis menjalani perawatan medis di posko penanganan yang didirikan di Posko Penanganan Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 24 September 2025. Tempo/Prima Mulia

Pentingnya Food Safety

Di postingan sebelumnya, IDAI menyampaikan keamanan pangan alias food safety adalah kunci makanan aman dikonsumsi oleh anak.

"Makanan sehat bukan hanya soal gizi, tapi juga soal keamanan pangan. Jika tidak diolah dan disimpan dengan benar, makanan bisa menjadi sumber keracunan," tulis IDAI di akun Instagram resminya @idai_ig, Kamis, 25 September 2025.

Adapun tips food safety yang dijabarkan IDAI sebagai berikut:

- Simpan makanan di kulkas (0–5°C) atau freezer

- Jaga makanan matang tetap panas >60°C

- Gunakan tangan, alat masak, dan wadah yang higienis

"Ingat, food safety adalah langkah sederhana namun penting untuk melindungi anak dari risiko keracunan makanan," tegas IDAI.

Sama seperti seruan IDAI, setop keracunan pada program pemerintah MBG. (SRP)

Pilihan Editor: Waspada Keracunan Makanan! Ini Cara Pertolongan Pertama yang Harus Kamu Tahu

INSTAGRAM

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement