Tips Desain Interior di Rumah yang Cocok untuk Relaksasi, Warna jadi Elemen Penting

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi interior rumah. Unsplash/curology

Ilustrasi interior rumah. Unsplash/curology

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaDesain interior telah melampaui gagasan untuk menciptakan ruang mewah, namun kini mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui desain. Desain memiliki dampak besar pada kesehatan mental kita dan menawarkan pelarian dari kesibukan kita sehari-hari. Desain yang seimbang berfokus pada lingkungan sekitar yang memengaruhi tingkat stres dan respons psikologis. 

Desainer interior dipandang sebagai pemain penting dalam menciptakan ruang yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Mereka memadukan elemen desain, alam, dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional. 

Tips desain interior yang berfokus pada kesehatan dan relaksasi:

1. Memperkenalkan Prinsip Biofilik dalam Desain

Untuk meningkatkan rasa keterhubungan dengan alam, desainer memperkenalkan elemen biofilik ke dalam desainnya. Hal ini bertujuan untuk memasukkan unsur-unsur alam ke dalam lingkungan interior. “Tekstur, bahan, dan pola alami dapat dimasukkan untuk menghasilkan suasana yang tenang dan organik. Menambahkan tanaman hijau pada interior, seperti tanaman dalam ruangan, membuat ruangan terasa hidup dan merevitalisasi. Pada akhirnya, suasana yang lebih cerah dan ceria dapat dihasilkan oleh banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela besar, skylight, dan denah bawah terbuka”, tegas Ar. Jamshed Banaji, Arsitek Utama di Banaji and Associates.

2. Psikologi Warna dalam Desain

Warna memiliki dampak penting pada lingkungan hidup kita, meningkatkan esensi kesejahteraan mental. “Warna seperti biru dan hijau membangkitkan rasa tenang dan relaksasi, sedangkan warna yang terinspirasi dari alam seperti krem dan abu-abu tua menghadirkan rasa keseimbangan dan ketenangan. Selanjutnya, kuning dan oranye, yang diasosiasikan dengan sinar matahari, menambah semangat pada ruangan. Pada akhirnya, lavender dan warna ungu dipilih karena kualitas meditatifnya dan menciptakan lingkungan yang tenang untuk perhatian penuh", saran Ar. Prashant Kochhar, Pendiri & Arsitek Utama Arsitektur LTDF + Desain Interior.

3. Kesehatan dengan Ergonomi dan Kenyamanan

Ergonomi adalah komponen kunci dari desain interior yang berfokus pada kesehatan, karena membantu meningkatkan kenyamanan dan kesehatan fisik. Furnitur khusus yang mengakomodasi berbagai bentuk dan ukuran tubuh menawarkan dukungan terbaik dan mendorong postur tubuh yang benar. 

Kenyamanan dan fungsionalitas menjadi pertimbangan saat merancang meja, kursi, dan konfigurasi tempat duduk. Selain itu, fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dalam furnitur dan tata letak memungkinkan penggabungan aktivitas seperti yoga, meditasi, atau relaksasi, yang berkontribusi pada kesejahteraan fisik", tambah Jamshed lebih lanjut.

4. Elemen dan Bahan Dekorasi yang Penuh Perhatian

Kenyamanan dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan alami pada perabotan dan dekorasi. "Untuk menambah daya tarik visual, material seperti kayu, bambu, dan gabus memberikan sensasi sentuhan yang nyaman yang mendorong konektivitas dengan alam dan kesejahteraan. Kain dan tekstur lembut dipadukan ke dalam desain untuk meningkatkan kenyamanan. Balutan yang nyaman, lembut bantal, dan permadani mewah menambah kualitas sentuhan yang mendorong istirahat", tegas Prashant.

Menciptakan ruang kesehatan di rumah adalah tentang menciptakan tempat perlindungan di mana relaksasi adalah yang terpenting. Jadi, rangkullah seni mendesain untuk kesehatan dan rasakan dampak besar dari ruang yang dikurasi dengan cermat yang memupuk pikiran, tubuh, dan jiwa.

Pilihan Editor: Tren Desain Interior 2024, Mulai dari Palet Warna Netral hingga Detail Emas

HINDUSTAN TIMES 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."