5 Efek Sindrom Anak Perempuan Pertama dalam Hubungan Asmara

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pasangan kencan. Freepik.com/Nensuria

Ilustrasi pasangan kencan. Freepik.com/Nensuria

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sindrom anak perempuan pertama mengacu pada tekanan dan tanggung jawab yang dirasakan oleh anak perempuan tertua dalam sebuah keluarga. Sindrom ini tidak signifikan atau didiagnosis secara klinis, namun banyak anak perempuan pertama yang mengalami ciri dan polanya.Sindrom ini tidak berkembang secara tiba-tiba, melainkan perlahan-lahan tumbuh dalam diri seseorang seiring dengan pertumbuhannya.

Hal ini sering kali bermula dari perasaan tanggung jawab yang tidak terucapkan terhadap keluarga, terutama saudara kandung, dalam mengasuh mereka, mengurus tugas rumah tangga, dan sering bertindak sebagai mediator selama konflik keluarga.

Karena semua orang berharap banyak dari mereka, perlahan-lahan anak perempuan pertama mulai mengembangkan keinginan untuk menjadi perfeksionis, ingin menjadi sempurna dalam segala hal yang mereka lakukan mulai dari akademis, karier, hingga hubungan. Mereka seringkali takut melakukan kesalahan, mencari pengakuan eksternal dari orang lain, terutama orang tua mereka.

Sebagai anak sulung, mereka merasakan tekanan yang sangat besar karena ingin berprestasi dalam semua aspek kehidupan dan ingin menjadi mandiri. Mereka pun cenderung merasa tidak nyaman dan malu meminta bantuan, karena menganggapnya sebagai tanda kelemahan.

Sindrom anak perempuan pertama dapat mempengaruhi hubungan dengan berbagai cara. Berikut lima aspek penting yang perlu Anda ketahui.

1. Takut menjadi rentan

Karena anak perempuan pertama sering kali tumbuh dengan banyak tanggung jawab dan terbiasa mandiri, kuat, dan dapat diandalkan, mereka melihat kerentanan sebagai tanda kelemahan. Mereka takut jika bersikap terbuka kepada pasangannya dan mengungkapkan emosi maupun perasaannya yang sebenarnya. Di mata mereka, hal itu akan dianggap lemah.

Karena tumbuh dewasa dan selalu memperhatikan kebutuhan orang lain, mereka merasa sulit untuk mengekspresikan kebutuhan emosional mereka dalam hubungan dan cenderung memendam emosi untuk melindungi diri dari kekecewaan juga rasa sakit hati. Sangat sulit bagi mereka untuk lengah, karena mereka telah belajar sejak awal untuk melindungi diri sendiri dengan menciptakan citra diri yang kuat.

2. Kesulitan membagi tanggung jawab

Sebagai anak perempuan pertama, mereka terbiasa mengendalikan dan mengatur segala sesuatunya sendiri. Mereka mungkin memiliki standar khusus tentang bagaimana sesuatu harus dilakukan. Mereka mungkin kesulitan untuk memercayai pasangannya untuk memenuhi standar-standar ini, yang mengakibatkan mereka melakukan setiap tugas untuk diri sendiri, menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan, dan membebani diri mereka sendiri secara berlebihan.

Hal ini dapat menyebabkan pasangannya merasa tidak mampu, sehingga menyebabkan lebih banyak pertengkaran dan masalah dalam hubungan. Mereka mungkin merasa sangat tidak nyaman dan sulit membiarkan pasangannya berbagi tanggung jawab atau bahkan membiarkan mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

3. Mencari kepastian terus-menerus

Anak perempuan pertama sering kali mencari pengakuan dari keluarga saat tumbuh dewasa, dan mereka mungkin juga menerapkan kebiasaan ini dalam hubungan mereka. Mereka membutuhkan kepastian terus-menerus dari pasangannya agar merasa aman tentang hubungan tersebut, takut akan kesalahan, kritik, dan penolakan.

Kebutuhan akan kepastian yang konsisten dapat menimbulkan stres dan melelahkan bagi pasangannya, yang mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan ini. Pasangan mungkin merasa kewalahan seiring berjalannya waktu sehingga dapat menyebabkan konflik dalam hubungan. 

4. Gaya keterikatan yang cemas

Mereka mungkin memiliki gaya keterikatan yang cemas, yang berarti mereka terus-menerus khawatir akan ditinggal sendirian atau ditolak oleh pasangannya. Hal ini membuat mereka sulit mempercayai pasangannya dan merasa aman dalam hubungan. Akibatnya, mereka mungkin secara tidak sengaja menjauhkan pasangannya, mencari kepastian tetapi juga takut disakiti.

Mungkin juga ada kebutuhan akan perhatian terus-menerus dari pasangannya. Jika perhatian tersebut tidak cukup, hal ini dapat menimbulkan kebencian dan konflik. Belajar untuk lebih percaya dan membangun kepercayaan diri dapat membantu anak sulung merasa lebih aman dan tenteram dalam hubungan mereka.

5. Cenderung mengutamakan kebahagiaan orang lain

Anak perempuan pertama sering kali mempunyai kebiasaan menyenangkan orang lain, sehingga sulit bagi mereka untuk mengatakan tidak kepada pasangannya. Mereka mungkin menyetujui berbagai hal meskipun mereka tidak menginginkannya. Selalu mengiyakan permintaan pasangannya bisa menimbulkan masalah dalam jangka panjang.

Mereka perlu mengubah kebiasaan ini, dengan cara fokus pada kebutuhan dan keinginan diri sendiri dalam hubungan. Mereka harus belajar untuk menjaga diri sendiri seperti halnya mereka menjaga pasangan. Keseimbangan antara keduanya dapat bermanfaat untuk mencapai hubungan yang sehat dan bahagia.

Pilihan Editor: Curhat Ryan Reynolds jadi Ayah dari Tiga Anak Perempuan, Pentingnya Belajar dari Kesalahan

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."