Sebelum Minum Obat, Dokter bagi Tips Mencegah Batuk Pilek pada Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi anak sakit tidak mau minum obat. shutterstock.com

Ilustrasi anak sakit tidak mau minum obat. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu yang menjadi kekhawatiran para orang tua saat ini adalah tingginya tren kasus ISPA termasuk batuk pilek di Indonesia. Bahkan, menurut  Spesialis Anak Dokter Melia Yunita mengatakan bahwa dalam kurun waktu Januari hingga September 2023 lalu mencapai di kisaran 1,5-1,8 juta kasus secara nasional. 

“Tak dapat dipungkiri, faktanya sistem imunitas anak pada masa tumbuh kembang anak memang belum terbentuk sempurna seperti orang dewasa. Akibatnya membuat virus dan kuman penyebab penyakit menjadi lebih mudah menyerang dan mengakibatkan anak sakit.  Untuk itu, Ibu perlu siap sedia obat terbaik, terpercaya dan terjamin keamanannya serta diyakini dapat meredakan flu dan batuk pada anak,” kata dokter Melia di acara di launching Bodrexin Flu dan Batuk PE Dry Syrup di Jakarta, Senin, 22 April 2024

Menurut Dokter Melia anak-anak rentan mengalami batuk pilek. "Bakteri atau virus yang sama ke orang dewasa, akan berbeda manifestasi klinisnya saat kena ke anak. Virusnya sama, tapi karena imunnya berbeda belum kuat jadi terasa tidak nyaman untuk anak-anak," ucapnya. 

Masalahnya, anak tidak bisa mengeluarkan dahak, sehingga harus dibantu biar rasanya lebih lega, begitu pula dengan pilek. Kalau dalam satu obat terdapat beberapa kandungan bisa mengatasi masalah demam batuk pilek pada anak bisa membantu masalah pemberian obat pada anak. 

Terlebih anak-anak susah minum obat, orang tuanya juga bisa memberi contoh saat anak mau minum obat penurun panas. Biasakan ukur suhu pakai termometer, kalau kondisi sumeng tapi suhu masih 36-37 derajat pakai pengobatan pertama dulu dengan asupan air minum tapi kalau sudah di atas 37 derajat dan anak merasa tidak nyaman bisa minum obat. 

"Pertolongan pertama yang bisa dilakukan ialah suara bindeng, sumeng, pastikan hidrasi cukup pastikan asupan minumnya tercukupi, pada kenyatannya susah sekali tetapi harus diupayakan," lanjut Dokter Melia membagi tips mencegah batuk pilek pada anak. 

Perlu diketahui, penelitian lima tahun pertama akan jadi lifetsyle mereka selanjutnya, akan terekam di otaknya dan menjadi gaya hidupnya. Ubahlah pola hidup misal sudah terjadi. 

Dengan asupan tercukupi bisa membuat badan anak nyaman, pastikan istirahat bukan diajak jalan-jalan, berikan makanan bergizi makro dan mikro nutrien yang dapat menjaga imunitas tubuh. Lakukan tindakan preventif jangan sampai menular ke satu keluarga, ajari anak-anak perilaku hidup bersih sehat atau PHBS. 

Ada berbagai format sediaan obat yang dapat dipilih untuk anak-anak yakni tablet, sirup, dan juga dry syrup. Inovasi obat dalam bentuk Dry Syrup awalnya dibuat untuk menyiasati bahan-bahan yang tidak stabil terhadap air dalam jangka waktu lama namun perlu dibuat dalam bentuk sediaan cair (sirup) agar obat lebih mudah diberikan pada anak. 

Dalam satu obat isinya tidak cuma substansi nama obatnya, harus ada bahan tambahan yang membuat aman, rasanya enak bisa diterima anak-anak. Dalam kandungan ada paracetamol untuk mengatasi sumeng atau demam, mereka lebih happy kalau lagi sehat sebaliknya kalau demam pasti jadi rewel, lemas. 

“Saat ini obat sediaan Dry Syrup atau sirup kering memang menjadi salah satu alternatif Ibu untuk diberikan kepada anak ketika sakit. Selain mudah dalam proses melarutkannya, Dry Syrup juga sudah terbukti aman karena tidak mengandung pelarut Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin Gliseroldan. Dry Syrup dapat dilarutkan sendiri oleh Ibu menggunakan air matang sesuai dengan instruksi yang tersedia,” pungkas dokter Melia.

Pilihan Editor: Tasya Kamila Ungkap Tips Mencegah Anak-anak Batuk Pilek

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."