Cara Maudy Ayunda Memaknai Perjuangan Kartini, Melalui Suara yang Dituliskan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Maudy Ayunda/Foto: Instagram/Maudy Ayunda

Maudy Ayunda/Foto: Instagram/Maudy Ayunda

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris dan pengusaha, Ayunda Faza Maudya atau dikenal dengan Maudy Ayunda memiliki cara berbeda untuk merefleksikan perjalanan hidup Raden Ajeng Kartini yang lahir pada 21 April 2024. "Hari untuk mengenang Ibu Kartini. Seperti biasa, kami mengakui pemikiran revolusionernya dan memperjuangkan kesetaraan gender dan pendidikan. Tapi hari ini, aku ingin merenungkan bagian lain dari cerita," tulis pelantun Perahu Kertas ini. 

Menurut Maudy, perjalanan seorang Kartini menjadi salah satu otentias atau keaslian yang dimiliki. Tulisan-tulisannya mencerminkan perjuangan intelektual berkelanjutan melawan status quo. Pasti tidak mudah merasa seperti satu-satunya suara, melawan arus “pendapat kolot dan adat usang” (katanya). Dan mendorong perubahan seringkali datang dengan biaya yang sangat besar bagi para pelopor.

'Inilah keberanian itu. Keaslian. Ini untuk kita melakukan hal yang sama dengan suara kita," tulis perempuan kelahiran 19 Desember 1994 ini dengan kolase foto sedang menulis jurnal. 

Dalam Pingitan Mengasah Pikiran

Membincang Kartini yang kerap menuliskan kegelisahannya saat mengalami adat pingitan menjadikan surat sebagai sarana ia berkomunikasi dengan dunia luar yang akhirnya menjadi sahabat pena. 

Dalam pingitan itulah rupanya Kartini mengasah pemikirannya yang semakin tajam. Dia bertanya, bertanya, dan bertanya terutama kepada diri sendiri dan berusaha menemukan jawabannya. Dia tidak menemukan jawaban itu pada buku-buku pelajarannya karena ia segera menemukan bahwa belajar tanpa bimbingan guru ternyata kurang berguna.

Satu hari, Koninklijk Instituut voor Taal –, Land – en Volkenkunde atau KITLV meminta Bupati Sosroningrat menyumbang tulisan. Dia mengirim tulisan Kartini, yang ditulis pada 1895 dalam usia 16 tahun, yang berjudul Upacara Perkawinan Suku Koja. Karangan itu ternyata dimuat dan dari situlah nama Kartini mulai populer. Terlebih setelah tulisan-tulisannya yang lain dimuat dalam majalah-majalah.

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum

Putri Bupati Jepara itu kian terkenal. Direktur Kementerian Pengajaran, Ibadat, dan Kerajinan J.H. Abendanon dan istrinya -yang mendengar kecerdasan Kartini, datang ke Jepara. Di antara mereka terjalin persahabatan yang erat. Kemudian muncul gagasan agar Kartini dan adik-adiknya mendapatkan beasiswa ke Belanda.

Keinginan yang membuncah namun tak pernah jadi nyata. Hingga akhirnya Kartini menerima pinangan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, untuk dijadikan istri keempat. Menolak terbelenggu lagi, Kartini mengajukan syarat hingga terpenuhi keinginannya untuk mendirikan sekolah.

Pilihan Editor: Jennifer Bachdim Ungkap Kekaguman pada Kartini: You're a Superhero

MAJALAH TEMPO | RINI KUSTIANI 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."