Tidur Singkat Selama Mudik dan Balik Bantu Jaga Kesehatan Fisik dan Mental

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Seseorang berpartisipasi dalam tidur siang massal untuk memperingati Hari Tidur Sedunia, di Monumen Revolusi di Mexico City, Meksiko 15 Maret 2024. REUTERS/Raquel Cunha

Seseorang berpartisipasi dalam tidur siang massal untuk memperingati Hari Tidur Sedunia, di Monumen Revolusi di Mexico City, Meksiko 15 Maret 2024. REUTERS/Raquel Cunha

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setelah mudik Lebaran dan berlibur panjang dengan keluarga, para pemudik akan menghadapi arus balik. Perlu pertahanan yang kuat agar pemudik tetap sehat dan semangat kembali ke perantauan. Salah satunya dengan tidur yang cukup.

Dokter dan praktisi kesehatan masyarakat, Ngabila Salama, mengatakan tidur singkat atau yang lebih dikenal dengan power nap dapat membantu masyarakat menjaga kesehatan fisik dan mental selama mengikuti arus mudik dan balik Lebaran 2024.

Power nap atau tidur sekitar 15 hingga 30 menit berkhasiat untuk menambah energi sehingga tubuh kembali bugar dan rasa kantuk hilang sementara dengan cepat,” kata Ngabila dikutip dari Antara, Sabtu, April 2024.

Ngabila yang kini menjabat sebagai Kasie Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari Jakarta, menjelaskan, tidur singkat perlu dioptimalkan para pengemudi selama berkunjung ke rest area terutama di siang hari antara pukul 13.00 sampai 15.00 atau malam hari.

Ada banyak sekali manfaat tidur singkat bagi masyarakat yang mengemudi kendaraan. Beberapa di antaranya seperti meningkatkan kemampuan fokus dan berkonsentrasi, mengurangi rasa lelah, meningkatkan energi, memperbaiki suasana hati, dan melancarkan proses pelepasan hormon.

Tidur singkat yang diklaimnya memiliki manfaat yang berbeda dengan tidur siang, turut membantu tubuh mengalami proses perbaikan otot dan jaringan syaraf, menjaga kinerja otak hingga meningkatkan kemampuan fisik dan kognitif.

Bagi anda yang ingin melakukan tidur singkat, dapat memastikan ruangan tempat akan tidur atau suasana mobil dalam kondisi yang sepi, sejuk, dan gelap. Jika ruangan terlalu terang, gunakan masker atau penutup mata.

“Anda juga perlu menghindari tidur setelah makan dan mematikan notifikasi perangkat elektronik agar tidak terdistraksi untuk menciptakan tidur singkat yang berkualitas. Cara lainnya yakni memposisikan tubuh dalam kondisi senyaman mungkin, tarik napas dalam-dalam atau berzikir,” kata Ngabila.

Walau demikian, tidur singkat menurut Ngabila hanya membawa seseorang memasuki fase siklus tidur pertama hingga kedua. Belum masuk fase tiga yakni tubuh mengalami tidur nyenyak dan fase empat yang disebut fase lengkap atau rapid eye movement (REM).

“Pada tahapan tidur yang kedua, otot menjadi lebih rileks dan fungsi tubuh melambat. Sementara itu, tahap REM akan membuat otot tubuh lumpuh sementara,” ujar dia.

Ngabila turut mengingatkan kepada pemudik karena waktu singgah di rest area dibatasi hanya sekitar 30 menit guna mencegah terjadinya penumpukan, maka pemudik diminta usahakan waktu tersebut untuk melakukan kebutuhan yang paling mendesak misalnya ke kamar kecil, membeli makanan atau minuman, berjalan kaki atau meregangkan badan selama 10-15 menit bagi pengemudi dan tidak ada yang menggantikan. Waktu tersebut turut dapat digunakan untuk tidur berkualitas selama 15 atau 30 menit.

Ia juga mengingatkan pengemudi agar menghindari minuman manis seperti kopi, teh dan minuman berenergi atau minuman kemasan karena tidak baik untuk kesehatan utamanya kesehatan jantung dan memiliki kadar gula yang tinggi.

“Jangan memaksakan diri, keselamatan adalah yang utama jika sangat mengantuk, beristirahat sejenak sampai kantuk hilang dan lanjutkan perjalanan dengan berhati-hati,” katanya.

Pilihan Editor: Kapan Waktu Terbaik untuk Tidur dan Bangun? Berikut Panduannya

ANTARA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."