Theresia Dwiaudina Sari Putri, Bidan Desa yang Merangkul Dukun Bayi dan Mengedukasi Ibu Hamil

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Pelayan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Ende, NTT, Theresia Dwiaudina Sari Putri, mendapat penghargaan pada malam Awarding SATU Indonesia Awards 2023 di Menara Astra, Jakarta, 1 November 2023. Foto: Istimewa

Pelayan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Ende, NTT, Theresia Dwiaudina Sari Putri, mendapat penghargaan pada malam Awarding SATU Indonesia Awards 2023 di Menara Astra, Jakarta, 1 November 2023. Foto: Istimewa

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaTheresia Dwiaudina Sari Putri merupakan salah satu penerima apresiasi program 14th Satu Indonesia Awards 2023. Program ini adalah agenda rutin Astra bersama beberapa media massa termasuk Tempo. Penghargaan ini diberikan kepada individu atau kelompok yang memiliki inovasi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, teknologi, dan kewirausahaan. Theresia yang akrab disapa Dini menerima penghargaan di bidang kesehatan.

Dini sebetulnya tidak bercita-cita menjadi bidan. Setelah lulus dari SMA 1 Ende pada 2013, dia ingin mengambil kuliah bidang seni di salah satu kampus di Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, orang tuanya berharap Dini kuliah di bidang kesehatan. Ayahnya, Kanis Sari, staf pegawai negeri sipil di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, NTT dan ibunya, Herlin Kaleka, seorang petani.

Dini pun merantau ke Surabaya untuk kuliah. Awalnya, dia ingin kuliah di Universitas Surabaya, karena terbentur biaya, dia memutuskan belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya. Lulus kuliah D3 Kebidanan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya pada 2016, meski ditawari pekerjaan di kota besar, Dini memilih mengabdi di kampung halamannya. Orang tuanya juga menginginkan dia pulang.

“Saya tergerak ingin menjadi bidan di sini untuk membantu masyarakat karena fasilitas kesehatan di sini belum ada dan ditambah akses sulit ke faskes,” ujar Dini. Fasilitas kesehatan di desa tersebut memang belum ada. Ada bangunan kecil yang dijadikan puskesmas desa, namun di dalamnya tak ada alat kesehatan untuk memeriksa ibu hamil.

Awalnya Dini bekerja sebagai tenaga honorer di puskesmas. Hingga akhirnya pada Maret 2017, dia mengajukan diri sebagai bidan di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, Ende, NTT. Tenaga kesehatan enggan masuk ke desa tersebut karena lokasinya yang terpencil dengan medan yang cukup ekstrem. Akhirnya, dia diterima dengan gaji Rp1 juta per bulan dari dana desa. Gajinya naik Rp 100 ribu setiap tahun. Saat ini dia dibayar Rp1,5 juta per bulan.

Tantangan yang Dihadapi Dini

Bidan Theresia Dwiaudina Sari Putri sedang memeriksa kesehatan ibu hamil di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda,Kabupaten Ende, NTT. Foto: Tempo/Nugroho Adi.

Dengan mengendarai motor setiap hari, Dini berkeliling Desa Uzuzozo untuk memeriksa kesehatan ibu hamil. Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari wawancara medis, pemeriksaan kehamilan fisik, sampai pemeriksaan kadar hemoglobin atau Hb dalam darah. Di awal bekerja, Dini mendata ibu hamil di desa itu. Nyaris semua ibu hamil di sana tidak melahirkan di fasilitas kesehatan. Mayoritas melahirkan di dukun beranak.

Praktik melahirkan di dukun berisiko bagi ibu dan bayi. Dini kemudian pelan-pelan mengedukasi para ibu hamil agar melahirkan di fasilitas kesehatan. Akses fasilitas kesehatan yang jauh dan medan terjal memang jadi salah satu faktor ibu hamil urung melahirkan di faskes. 

Tak mudah untuk mengedukasi ibu hamil agar bisa melahirkan di faskes. Dini mesti berhadapan dengan dukun beranak yang sudah puluhan tahun berada di desa itu. Dini melakukan pendekatan dengan dukun di kampung tersebut, Theresia Jija (75 tahun). Dia tak ingin mematikan penghasilan sang dukun beranak. Dini mengatakan mereka bisa bekerja sama dalam membantu proses persalinan. 

“Saya bilang kita bisa kolaborasi. Saya bantu ibu hamil ketika persalinan dan mama dukun bantu urus anak. Jadi kerja mama juga lebih ringan,” kata Dini. Perlahan, para ibu hamil mulai percaya pada Dini. Salah satunya Susilia Muku, 39 tahun, warga Desa Uzuzozo yang terbantu oleh kehadiran Dini. Pada 2018, Susilia memutuskan untuk melahirkan anak ke-7 di fasilitas kesehatan. 

Usaha Dini Membuahkan Hasil

Selain membantu ibu hamil melahirkan, Dini melayani imunisasi ibu hamil dan bayi. Kegiatan posyandu dilakukan sebulan sekali bagi lansia dan balita. Dia menyiapkan makanan sehat yang bisa dikonsumsi gratis seperti bubur kacang hijau menggunakan dana desa. Dia juga memberikan pengertian kepada ibu-ibu tentang pentingnya menjaga gizi anak untuk mencegah stunting.

Menurut Kepala Desa Uzuzozo Iwan Ray, pada 2019, terdapat 15 anak di Desa Uzuzozo yang terkena stunting. Kini jumlahnya menurun setelah Dini gencar memberikan edukasi pada masyarakat soal pola asuh hingga gizi untuk anak. Menurut data dari Desa Uzuzozo, tak ada kasus kematian ibu melahirkan semenjak Dini bekerja.

Selain itu, Dini kadang mengajari anak SD untuk bernyanyi dan mengajari Bahasa Inggris. Ke depannya, Dini akan terus melakukan kegiatan tersebut agar terus menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya kesehatan bagi orang tua maupun anak. Dukungan dana desa diharapkan dapat membantu menyelesaikan persoalan kesehatan di Desa Uzuzozo, mulai dari memenuhi sarana dan prasarana kesehatan yang masih minim. Saat ini, hanya ada satu mobil pickup desa yang bisa digunakan untuk mengantar ibu hamil ke fasilitas kesehatan.

Dukungan Astra untuk Sarana dan Prasarana

Theresia Dwiaudina Sari Putri, pelayan kesehatan ibu dan anak di desa terpencil di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, NTT. Foto/Istimewa.

Sejak menjadi penerima apresiasi Astra pada 2023, Dini semakin dikenal oleh masyarakat dan lebih banyak pihak yang mengetahui programnya. "Pada akhirnya bisa memudahkan saya dalam melakukan kegiatan-kegiatan saya," tuturnya kepada CANTIKA, Kamis, 28 Maret 2024.

Hadiah berupa dana dari Astra juga sangat bermanfaat bagi programnya. Dia mengaku bisa membeli alat-alat untuk membangun inovasinya. Ada pengadaaan sarana dan prasarana kesehatan yang lebih memadai, juga alat-alat kesehatan yang lebih canggih dan bisa dibawa ke mana-mana. Dia juga membelikan bahan-bahan pemenuhan nutrisi untuk anak dan ibu hamil.

Untuk saat ini, Dini masih menjalankan tugasnya sebagai bidan desa. Namun, dia jadi lebih sibuk dan rutinitasnya bertambah. Musababnya, program dia mendapat perhatian dari banyak pihak dan dukungan dari berbagai kalangan di desa tersebut. "Saya juga menjadi narasumber atau pemateri di beberapa event kesehatan dan juga menceritakan pengalaman ke tenaga kesehatan lainnya," kata dia. "Sejauh ini aman dan luar biasa sekali dukungan dari Astra."

Pilihan Editor: SATU Indonesia Awards 2024 Ingin Jangkau Lebih Banyak Generasi Muda, Pendaftaran Dibuka Hari Ini

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."