Cara Presdir Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja Bangun Kedekatan dengan Anak-anaknya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Presdir dan CEO Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja/Foto: Instagram: Parwati Surjaudaja

Presdir dan CEO Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja/Foto: Instagram: Parwati Surjaudaja

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Keluarga menjadi prioritas bagi banyak orang, melalui keluarga-lah supoort system dan kekuatan didapatkan. Begitu pula dengan Presiden Direktur dan CEO Bank NISP, Parwati Surjaudaja yang menjadikan keluarga adalah harta yang paling berharga. Momen kedekatan Parwati kerap dibagikan di laman instagramnya di tengah kegiatan pekerjaan yang padat. 

Berikut potret kedekatan Parwati dengan keempat buah hatinya yang menjadi cara ia membangun bonding dan kedekatan. 

1. Keluarga Adalah Harta Berharga 

Parwati Surjaudaja dan keluarganya/Foto: Instagram/Parwati Surjaudaja

Dalam unggahan foto bersama keempat buah hatinya, Parwati menuliskan jika keluarga adalah harta yang paling berharga. "Anak-anak saya adalah harta saya, tapi bukan milik saya. Saya terus ingat kata-kata dari Khalil Ghibran, anakmu bukan milikmu, mereka adalah jiwa-jiwa penghuni rumah masa depan," tulisnya. 

Baginya, anak-anak saya menjadikan dia seorang ibu yang terus belajar bersama dengan mereka. Tidak ada buku petunjuk untuk menjadi orang tua yang ideal, karena tiap anak berbeda, mereka juga manusia unik yang akan berkembang sejalan waktu.

"Saya termotivasi untuk sehat dan tetap maju karena saya ingin bisa menjaga, membesarkan dan menyaksikan anak-anak saya wisuda. Bagi saya, pendidikan anak sangat penting, dan setelah itu mereka akan masuk dunia kerja sebagai orang dewasa," tulisnya. 

2. Perhatian dan Waktu

Parwati Surjaudaja dan keluarganya/Foto: Instagram/Parwati Surjaudaja

Salah satu cara membangun kedekatan dengan anak-anak ialah menyediakan waktu dan perhatian. Momen itulah yang juga dilakukan Parwati dengan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. 

"Termasuk perhatian dan waktu, membuat saya memilih merencanakan banyak hal jauh-jauh hari. Termasuk liburan, dan juga perlindungan finansial. Kalau ditanya, anak-anak saya sudah tahu planning waktu untuk mereka, termasuk untuk kegiatan sekolah dan wisuda mereka."

3. Menanamkan Kebiasaan Baik 

Parwati Surjaudaja dan keluarganya/Foto: Instagram/Parwati Surjaudaja

Kebiasaan baik perlu diperkenalkan, termasuk kebiasaan menabun. Hal itu disampaikan Parwati pada unggahan fotonya bersama anak-anak. 

"Dulu ketika saya masih kecil, setiap kali mendekati perayaan imlek rasanya selalu deg-degan menanti angpao dari keluarga besar. Bukan karena saya mau segera berbelanja, tapi justru karena ingin ditabung. Dulu orang tua saya selalu ‘menantang’ kami untuk banyak-banyakan menabung. Jadi tiap kali terima angpao, saya dan adik kakak, selalu berlomba-lomba untuk ditabung," tulisnya. 

Kebiasaan tersebut juga ia turunkan ke anak-anak. "Tentu ada sedikit tweak ya, karena anak sekarang punya pola pikir yang berbeda. Tidak cukup dilombakan, saya menawarkan pilihan pada mereka: untuk yang mau ditabung, akan saya double up nominalnya," tulis dia. 

"Saat kecil, mereka cenderung memilih untuk ditabung, tapi seiring waktu mereka punya kebutuhan sendiri atau sudah berani mengatur investasinya sendiri. Tapi tawaran double up saya tetap selalu ada, mau cari kemana lagi coba investasi menguntungkan seperti ini, bunganya itu kasih Ibu."

4. Bersaing dengan Sehat

Keakraban anak-anak Parwati Surjaudaja/Foto: Instagram/Parwati Surjaudaja

"Siblings: your only natural enemy who you still manage to love unconditionally"– Linda Sunshine

Pada unggahan foto selanjutnya, salah satu CEO Terbaik - Bisnis Indonesia Award 2015 ini berkisah tentang sibling rivalry atau persaingan antar saudara. "Saat kecil dulu, saya dan kakak-kakak serta adik rasanya tak lepas dari yang namanya sibling rivalry. Tanpa disadari, kami selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik, terutama dimata Ayah dan Ibu. Namun di sisi lain, juga saling membantu dan mendukung untuk belajar serta mengembangkan diri," tulisnya. 

Kini, setelah menjadi ibu dari empat orang anak, ia melihat bahwa anak-anak juga bersaing dengan caranya sendiri. "Lalu bagaimana peran saya sebagai orang tua alias wasit? Ya, sebisanya saya harus berusaha untuk adil. Sulitkah? Pasti."

Contohnya, saat melakukan renovasi rumah, semua kamar anak harus sama ukuran luasnya. Jumlah foto yang dipajang di rumah yang menampilkan setiap anak pun harus sama jumlahnya.

"Bagi saya, persaingan antar saudara bukan melulu hal yang buruk. Tapi bagaimana kita bisa menjadikannya sebagai hal yang positif. Pada anak-anak, saya selalu mengajarkan mereka untuk bersaing secara sehat dengan saling menghargai. Karena walaupun kakak beradik, tapi semua berbeda, jalan yang dijalani juga akan berbeda, namun ikatan antar saudara akan selalu ada - “blood is thicker than water”. Bagaimana caranya kita bisa bring out the best in each other as a family."

5. Jadi Pendengar Seutuhnya 

“You are the bows from which your children as living arrows are sent forth,” kata sepenggal bait dari puisi On Children karya Kahlil Gibran.

Sebagai orang tua, pasti kita selalu berusaha dan berharap yang terbaik untuk masa depan anak-anak kita, tapi sayangnya tidak ada rumus pasti dalam mendidik dan mempersiapkan mereka menjadi dewasa. Jadi apa yang harus kita lakukan?

"Ini saya coba sharing dari pengalaman saya sendiri yang masih work in progress dan banyak homeworknya juga…"

Dulu, akses informasi lebih terbatas, jadi sumber informasi dan belajar anak-anak yang utama adalah dari orang tua. Sekarang, akses informasi sudah begitu terbuka, anak bisa belajar dari berbagai sumber, belajar terkait hal yang bahkan orang tua juga tidak tahu dan tidak paham.

"Jadi penting bagi saya untuk bisa mendengar seutuhnya. Not just hearing, but really listening. Coba pahami sudut pandang mereka, dan tidak ngotot dengan PoV saya. Saya banyak sekali lho belajar dari anak-anak bukan hanya what to do tapi juga what not to do."

"When we listen, kita jadi bisa berpikir bareng, jadi partner/bouncing boardnya. Kalau mereka memilih sesuatu, saya ingatkan apakah dari sisi ini atau itunya sudah dipikirkan? Pros & Cons-nya? Cost benefit jangka pendek dan jangka panjangnya? Peran saya memberi challenge ke proses berpikir mereka, supaya saat memutuskan, keputusannya sudah lebih utuh dan lengkap," tulisnya lebih lanjut. 

Pilihan Editor: Potret Kedekatan Dirut Bank Permata Meliza Musa Rusli dengan Putrinya, Quality Time dan Support System

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."