7 Kebiasaan Makan yang Meningkatkan Risiko Kanker, Tinggi Gula dan Rendah Serat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi kanker (pixabay.com)

Ilustrasi kanker (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kanker, sekelompok penyakit kompleks yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk genetik, pilihan gaya hidup, dan paparan lingkungan. Meskipun genetik berperan besar, faktor gaya hidup seperti pola makan juga dapat meningkatkan risiko kanker. Untuk kita ketahui bersama, berikut tujuh kebiasaan makan yang meningkatkan risiko kanker. So, mari kita jauhi!

1. Tingginya konsumsi daging olahan dan daging merah

Daging olahan, seperti daging bacon, sosis, dan daging deli, sering kali mengandung banyak bahan pengawet, bahan tambahan, dan natrium. Daging ini mengalami proses seperti pengasapan, pengawetan, atau pengasinan, yang dapat menyebabkan pembentukan senyawa karsinogenik seperti nitrosamin.

Demikian pula, daging merah seperti daging sapi, babi, dan domba mengandung zat besi heme dan lemak jenuh, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan daging olahan sebagai karsinogen Grup 1 dan daging merah sebagai Grup 2A, yang menunjukkan bahwa daging tersebut kemungkinan bersifat karsinogen.

2. Konsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan

Pola makan tinggi gula, terutama dari minuman manis, permen, dan makanan ringan olahan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan jenis kanker tertentu. Mengonsumsi gula dalam jumlah besar dapat menyebabkan resistensi insulin, peradangan kronis, dan peningkatan kadar insulin, yang semuanya dapat mendorong perkembangan dan perkembangan kanker.

Selain itu, makanan manis berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan lemak, yang merupakan faktor risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara, kolorektal, dan pankreas.

3. Rendahnya asupan biji-bijian utuh

Biji-bijian utuh, seperti beras merah, quinoa, oat, dan gandum utuh, kaya akan serat, vitamin, mineral, dan fitokimia yang menawarkan banyak manfaat kesehatan, termasuk pencegahan kanker. Pola makan rendah biji-bijian dan tinggi biji-bijian olahan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker tertentu, khususnya kanker kolorektal.

Biji-bijian utuh membantu mengatur kadar gula darah, meningkatkan kesehatan pencernaan, dan menyediakan nutrisi penting yang mendukung kesejahteraan secara keseluruhan dan mengurangi risiko kanker.

4. Tingginya konsumsi makanan olahan dan cepat saji

Makanan olahan, termasuk makanan ringan, makanan ringan kemasan, dan makanan cepat saji, sering kali mengandung lemak tidak sehat, karbohidrat olahan, natrium, dan bahan tambahan buatan dalam jumlah tinggi. Konsumsi makanan-makanan ini telah dikaitkan dengan obesitas, resistensi insulin, dan peradangan kronis, yang semuanya merupakan faktor risiko kanker.

Selain itu, beberapa makanan olahan mungkin mengandung akrilamida, zat karsinogen potensial yang terbentuk selama proses memasak dengan suhu tinggi seperti menggoreng atau memanggang.

5. Konsumsi alkohol yang tinggi

Konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara, hati, kolorektum, kerongkongan, dan mulut. Alkohol dimetabolisme di dalam tubuh menjadi asetaldehida, suatu karsinogen yang diketahui dapat merusak DNA dan mengganggu mekanisme perbaikan sel. Konsumsi alkohol kronis juga berkontribusi terhadap peradangan, stres oksidatif, dan perubahan kadar hormon, yang semuanya dapat mendorong perkembangan dan perkembangan kanker.

6. Rendahnya asupan buah dan sayur

Buah-buahan dan sayuran kaya akan vitamin, mineral, antioksidan, dan serat makanan esensial, yang semuanya berperan penting dalam menjaga kesehatan dan mengurangi risiko kanker. Pola makan yang kurang buah-buahan dan sayur-sayuran menghilangkan nutrisi pelindung dan antioksidan yang membantu melawan stres oksidatif dan peradangan, yang keduanya berimplikasi pada perkembangan kanker.

Selain itu, serat makanan yang ditemukan dalam makanan nabati meningkatkan kesehatan pencernaan dan membantu mengatur kadar hormon, yang dapat mempengaruhi risiko kanker.

7. Konsumsi garam dan makanan asinan secara berlebihan

Asupan garam yang tinggi, yang sering dikaitkan dengan konsumsi makanan yang diasamkan dan diawetkan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker perut. Makanan yang diawetkan dengan garam dapat merusak lapisan lambung dan meningkatkan produksi asam lambung, sehingga berpotensi menyebabkan peradangan dan pembentukan lesi kanker. Selain itu, garam dapat berinteraksi dengan senyawa tertentu dalam makanan membentuk senyawa N-nitroso, yang dikenal sebagai karsinogen.

Demi menjaga kesehatan kita, sebaiknya hindari kebiasan makan di atas karena bisa meningkatkan risiko kanker.

Pilihan Editor: Memasak dengan Suhu Tinggi Berisiko Kanker, Menurut Studi

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."