Ketahui Faktor Risiko dan Penyebab Penumpukan Lemak di Bawah Kulit

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi lemak di tangan. Newser.com

Ilustrasi lemak di tangan. Newser.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Era Pandemi ternyata memberikan domino efek yang besar bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Di mana kecenderungan dalam kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan WHO dan RSIKESDAS 2021 lalu bahwa jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir.

Penumpukan lemak sendiri terbagi menjadi beberapa jenis antara lain lemak subkutan ditemukan di bawah kulit dan lemak ini ditemukan pada sekitar organ dalam perut atau disebut juga lemak visceral. Menurut Dermatologist, Dokter Edward mengatakan terdapat beberapa faktor yang memicu lemak antara lain pola gaya hidup dan asupan makanan. 

"Perlu diketahui pula jika ada istilah metabolisme dasar yang dicek dari dari otot massa dan usia kita. Apa yang kita konsumsi sebaiknya kita cek atau kalorinya sebab masing-masing orang penumpukan lemaknya berbeda-beda, ada yang di perut, lengan, pinggul atau paha," ucap Dokter Edward usai ditemui dalam talkshow generasi terbaru teknologi pembekuan lemak (Cryolipolisis) di Jakarta, Selasa, 21 Februari 2024. 

Oleh sebab itu, memodifikasi gaya hidup menjadi hal penting untuk mencegah penumpukan lemak di bawah kulit. Sebab, lemak bukan hanya muncul dari faktor risiko hormon dan genetik, gaya hidup atau pola makan juga. "Oleh sebab itu hindari makanan berlemak tinggi atau cepat saji dan diimbangi dengan aktivitas rutin," ucap owner Flawless Klinik ini. 

Mengulik Metode Body Contouring 

Talkshow generasi terbaru teknologi pembekuan lemak (Cryolipolisis) di Jakarta, Selasa, 21 Februari 2024/Foto: CANTIKA/Ecka Pramita

Berbagai metode dari diet, operasi, ataupun juga alat slimming menjadi pilihan solusi yang dapat dilakukan.Mempertimbangkan kenyamanan dan juga berbagai hal yang menjadi perhatian pasien dalam memilih metode penurunan berat badan, ternyata kecenderungannya adalah dengan pilihan solusi yang nyaman, non invasive dan memberikan efek yang instan.

Salah satunya Cristal Pro Treatment untuk body contouring di mana merupakan treatment dengan mesin teknologi Cryolipolisis yaitu pembekuan lemak sampai pada suhu tertentu sehingga lemak dapat dikeluarkan dari tubuh dan memberikan bentuk tubuh ideal bagi pasien. Cristal Pro ini berasal dari Deleo, Perancis, Papar Emmy Noviawati, President direktur PT Regenesis Indonesia 

Perawatan dengan Cristal Pro dapat menghilangkan lemak pada banyak bagian tubuh seperti perut, paha, lengan, bahkan pada area kecil seperti double chin. Hal ini dikarenakan hand piece yang dimiliki oleh Cristal Pro sangat bervariasi dari segi ukuran, dari yang besar sampai yang terkecil. 

"Cristal Pro bekerja dengan membekukan lemak yang berlebih pada tubuh pasien (dapat bekerja sampai suhu - 12 derajat Celsius) dan lemak yang dibekukan tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui proses metabolisme. Sekitar 15 - 25 persen lemak akan hilang secara permanen dan hasil terbaik dari perawatan ini dapat terlihat dalam waktu 6 minggu," jelas Fransiska S, Marketing Manager PT Regenesis Indonesia.    
                                
Perawatan dengan Cristal Pro hanya dalam waktu 60 menit saja dan dapat dilakukan di 4 area sekaligus, sehingga menghemat waktu perawatan. Perawatan dengan Cristal Pro nyaman, tanpa rasa sakit, dan no down time, sehingga pasien dapat langsung beraktifitas seperti biasa setelah melakukan perawatan. Cristal Pro juga dilengkapi dengan alat pengukuran ketebalan lemak berupa USG yang tidak dimiliki oleh mesin sejenis lainnya, sehingga ketebalan lemak sebelum dan setelah perawatan dapat diukur.

Pilihan Editor: Mengulik 5 Bahaya Lemak Trans untuk Kehamilan hingga Jantung

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

   

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."