Pentingnya Skin to Skin Contact untuk Membangun Bonding Anak dan Orang Tua

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Skin to skin contact orang tua dengan anak/Foto: Doc. Id Comm

Skin to skin contact orang tua dengan anak/Foto: Doc. Id Comm

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaBonding merupakan ikatan emosional yang intens antara ibu dan anak, bahkan sejak dalam kandungan. Bonding memiliki peran penting yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Ikatan yang kuat dari ibu membuat anak merasa aman, nyaman, mampu meningkatkan kepercayaan diri dan membangun identitas positif.

Namun di masa kini, terutama di kota besar, Ibu kerap menghadapi situasi yang mungkin tidak nyaman, sehingga membuat bonding dengan anak menjadi sangat berkurang. Padahal Ibu memiliki multi peran yang tak ternilai dalam menjaga keutuhan keluarga - baik sebagai ibu rumah tangga maupun ibu bekerja. Emosi yang muncul dari Ibu oleh berbagai faktor, tanpa disadari dapat menular pada anak dan berdampak negatif pada pola asuh, pemenuhan kebutuhan anak, dan pembentukan kelekatan emosional antara ibu dan anak.

Orissa Rinjani, Educational Psychologist mengatakan bahwa ada tantangan tersendiri ketika seorang Ibu memilih bekerja. Data menunjukkan, meski keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan meningkat, ibu tetap memegang porsi dan peranan yang lebih besar terkait kebutuhan anak dan domestik. 

"Oleh sebab itu, penting bagi para ibu modern untuk menyadari dan menerima: tidak bisa semua yang kita harapkan sempurna di waktu bersamaan. Di waktu tertentu, anak menjadi prioritas, di waktu lain, pekerjaanlah yang jadi prioritasnya,” ucapnya melalui siaran pers kepada CANTIKA, Selasa, 30 Januari 2024. 

Lalu seberapa penting sentuhan orang tua bagi anak? Berikut beberapa tips bonding melalui skin-to-skin contact antara orang tua dan anak. 

1. Mulailah skin-to-skin contact sejak awal

Saat mengandung hingga melahirkan, ibu memiliki ikatan emosional yang unik dengan anaknya. Maka mulailah usapan atau pijatan lembut segera setelah masa kelahiran untuk membantu menguatkan ikatan emosional, sekaligus kehangatan yang dikenal dan akan diingat oleh anak. Contohnya dengan menempatkan bayi di atas dada ibu sehingga bayi mampu mengenali aroma tubuh dan mendengar suara detak jantung sang ibu.

2.  Jadwalkan ritual skin-to-skin contact secara rutin dan konsisten

Manfaatkan momen pagi dan sore hari setelah mandi, serta waktu sebelum tidur, lanjutkan dengan membalurkan balsam khusus bayi dan anak untuk memberikan kehangatan yang lebih lama pada area leher, dada dan perut di atas pusar searah jarum jam, ditambah dengan pijatan halus pada punggung.

3.  Berbicara yang lembut pada anak

Pilih waktu yang tenang dan perhatikan kenyamanan ibu dan anak selama sesi skin-to-skin. Hindari kebisingan atau kegaduhan yang dapat mengganggu momen tersebut. Usapan tangan ibu, ditambah dengan suara ibu, dapat memberikan rasa nyaman dan aman pada anak.

4. Menyusui sambil memeluk atau bersenandung

Menyusui adalah cara paling efektif lain untuk menjalin ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak setelah persalinan. Apalagi bila itu dilakukan sambil memeluk, mengelus, dan bersenandung. Bersenandung bisa menjadi cara supaya anak mengenali suara ibu. Lakukan sambil menatap mata bayi dengan limpahan kasih sayang. 

“Sentuhan positif dari orang-orang terkasih, seperti menepuk, membelai, berpegangan tangan, menggelitik, memeluk, mencium dan membimbing anak secara fisik, terbukti dapat meningkatkan keintiman dan kedekatan psikologis dan fisik antar individu,” tutup Orissa.

Jadikan momen ini sebagai a touch to remember dan tak tergantikan bagi anak. Kehangatan ini dapat menjadi fondasi rasa aman, percaya diri, dan warisan untuk anak di masa depan.

Pilihan Editor: Manfaat Skin to Skin Contact untuk Anak Seperti yang Dilakukan Ringgo Agus Rahman

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."