Mengulik Sejarah Jam Gadang yang Dibangun Tahun 1926

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Jam Gadang, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, pada Sabtu 26 Agustus 2023. (TEMPO.CO/Fachri Hamzah)

Jam Gadang, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, pada Sabtu 26 Agustus 2023. (TEMPO.CO/Fachri Hamzah)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Saat jalan-jalan ke kota Bukittingi, belum lengkap rasanya jika tak menyambangi Jam Gadang. Lebih dari sekadar penunjuk waktu, Jam Gadang melambangkan memori abadi kota ini, menyimpan sejarah perjalanan panjang mulai dari masa kolonial hingga kemerdekaan. Yuk, kita telusuri sejarah Jam Gadang dan keunikan lainnya.

Sejarah Jam Gadang

Jam Gadang, sebuah ikon kota yang dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, melambangkan sejarah dan keunikan Kota Bukittinggi di Sumatera Barat. Monumen ini dibangun pada 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina kepada Sekretaris Countrouler Fort de Kock, Rock Maker.

Jam Gadang tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, tetapi juga sebagai saksi bisu perjalanan panjang kota ini melalui zaman kolonial, pendudukan Jepang, hingga kemerdekaan Indonesia.

Suasana kawasan Jam Gadang yang sepi saat menjelang senja di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat 17 April 2020. Selama masa pandemi COVID-19, tidak ada sama sekali kunjungan wisatawan ke objek wisata aikonik Sumatera Barat itu. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Misteri Angka IV pada Jam Gadang

Salah satu keunikan yang mencuri perhatian dari Jam Gadang adalah penulisan angka Romawi empat (IV) yang ditulis sebagai "IIII" bukan "IV" seperti umumnya. Mesin Jam Gadang yang bergerak secara mekanik, menunjukkan keunikan ini yang menambah daya tarik jam sebagai suatu penanda waktu yang kaya akan karakter. Sampai saat ini, tak ada yang bisa menjelaskan alasan penulisan angka itu dengan tepat.

Oiya, mesin pada Jam gadang ini hanya ada dua di dunia, salah satunya pada jam di menara Big Ben, London.

Lonceng Bertuliskan Vortmann Recklinghausen

Sementara itu, lonceng besar yang terletak di puncak Jam Gadang memiliki tulisan yang menjadi teka-teki tersendiri.

Bertuliskan "Vortmann Recklinghausen," nama ini mengacu pada Benhard Vortmann, pembuat jam, dan Recklinghausen, kota di Jerman yang menjadi tempat produksi mesin jam pada 1892. Tulisan ini menghadirkan nuansa misterius pada Jam Gadang, memberikan sentuhan sejarah yang menyelubungi keindahan monumen tersebut.

Pengunjung memadati kawasan pedestrian Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Ahad, 31 Desember 2023. Kawasan objek wisata belanja dan sejarah di Sumbar itu ramai oleh pengunjung yang ingin menikmati liburan malam tahun baru ke kota wisata tersebut meskipun sudah dilakukan pengalihan arus lalu-lintas. ANTARA/Iggoy el Fitra

Jam Gadang bukan sekadar penanda waktu. Monumen ini adalah saksi sejarah yang menakjubkan dan kaya akan cerita.

Dari patung ayam di puncaknya pada masa kolonial hingga selubung kain Marawa yang pernah menyelimutinya pada malam tahun baru, setiap elemen Jam Gadang membawa memori Kota Bukittinggi yang abadi.

Bagi pengunjung, kawasan sekitar Jam Gadang juga menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Dikelilingi oleh taman yang indah, pengunjung dapat bersantai sambil menikmati keindahan Gunung Singgalang dan Gunung Marapi, dan mengeksplorasi destinasi wisata lainnya seperti Ngarai Sianok dan Terowongan Lubang Jepang.

Pilihan Editor: Mengenal Lontong Kariang, Kuliner Khas Bonjol Kabupaten Pasaman

PUTRI SAFIRA PITALOKA | FEBRIANTI | RIYAN NOFITRA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."