Ketahui Dampak Pola Asuh Strict Parents, Anak jadi Rendah Diri hingga Penuh Kecemasan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi orang tua memarahi anak/anak menangis. Shutterstock.com

Ilustrasi orang tua memarahi anak/anak menangis. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Banyak orang tua yang sangat percaya bahwa dengan menetapkan dan menegakkan batasan secara ketat bahkan condong ke arah otoriter alias pola asuh strict parents adalah cara terbaik untuk anak-anak mereka. Menetapkan batasan, menghadapi konsekuensi, dan memberi anak tugas adalah hal-hal yang diperlukan untuk membantu mereka tumbuh sebagai pribadi mandiri di masa mendatang. Meski demikian, beberapa orang tua terlalu otoriter dalam mencapai tujuan ini.

Umumnya, ciri-ciri pola asuh strict parents memiliki banyak aturan ketat dan menuntut juga tidak mengizinkan anak mempertanyakan otoritas orang tua. Selain itu, menghukum berat anak jika melanggar aturan apa pun, bersikap dingin alias tidak responsif terhadap anak-anak mereka, dan menggunakan kata-kata yang mempermalukan serta kasar termasuk tanda strict parents.

Dampak Pola Asuh Strict Parents

Dalam sebuah penelitian pada tahun 2015, para peneliti di Royal University of Phnom Penh menemukan bahwa lebih dari 60% mahasiswa dan staf menderita kecemasan atau depresi, dan beberapa orang mengaitkan kondisi ini dengan pola asuh strict parents.

Sementara itu, menurut Aashmeen Munjaal, Ahli Ontologi, Pakar Kesehatan Mental & Hubungan, ekspektasi yang berlebihan dan perhatian yang terbatas biasanya merupakan karakteristik dari pola asuh strict parents.

"Hal ini mungkin memiliki dampak yang parah dan jangka panjang pada pertumbuhan dan kesejahteraan anak. Yang pertama, dari segi dampak emosional, pola asuh yang otoriter menyebabkan rendahnya harga diri karena mengutamakan pembatasan dan kepatuhan dibandingkan menumbuhkan rasa kemandirian pada anak," jelasnya dikutip dari Hindustan Times, Rabu, 6 Desember 2023.

Anak-anak yang diasuh dengan ketat lebih mungkin mengalami kecemasan dan ketegangan psikologis karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang selalu penuh tekanan.

"Tumbuh di lingkungan yang kaku dapat menyulitkan anak-anak untuk memperoleh keterampilan sosial dan juga berkontribusi pada kurangnya komunikasi antarpribadi, sehingga sulit untuk membangun dan mempertahankan hubungan. Anak-anak yang dibesarkan dengan ketat mungkin mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain," katanya.

Dampak lain dari pola asuh strict parents adalah mendorong anak-anak untuk memberontak.

"Kepatuhan terhadap aturan yang ketat menyisakan sedikit ruang untuk bereksperimen dan orisinalitas. Suasana yang membatasi ini dapat menghambat kapasitas anak untuk berpikir logis dan mengatasi situasi dengan kreativitas, yang dapat menghambat perkembangan kognitif,” kata Aashmeen.

Pola asuh strict parents juga dapat memperburuk masalah kesehatan mental di kemudian hari, dengan meningkatkan kemungkinan depresi, serangan panik, dan menurunnya rasa kesejahteraan secara umum. "Meskipun menjaga disiplin pada tingkat tertentu adalah hal yang penting, orang tua tidak boleh menggunakan teknik yang akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan anak-anaknya. Proses mengasuh anak bersifat abadi dan membutuhkan empati serta rasa tanggung jawab," jelasnya.

Pilihan Editor: 4 Hal Ini Terjadi pada Otak Anak saat Bermain dengan Orang Tua, Menurut Penelitian

HINDUSTAN TIMES

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."