Perjalanan Merek Fashion Farah Button, Gandeng Ratusan Penjahit di Yogyakarta

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sutardi, desainer di balik label mode Farah Button, ditemui di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2023. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri

Sutardi, desainer di balik label mode Farah Button, ditemui di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2023. Foto: CANTIKA/Silvy Riana Putri

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di ulasan mode atau fashion kali ini, kita mengulik perjalanan jenama Farah Button dari Yogyakarta. Melihat dari nama, banyak penikmat mode yang menerka berasal dari luar negeri, kisah sang pendiri Sutardi.

"Ada yang mengira dari luar negeri, padahal produk lokal," kata Sutardi dalam acara Spotlight Indonesia 2023 di Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2023.

Faktanya, lanjut Sutardi, nama label tersebut merupakan nama istri tercinta. Sang istri berdarah Jawa dan Jerman. Dia sengaja memilih nama sang istri untuk label sebagai wujud inspirasinya dalam mendesain busana.

"Istri saya tidak bisa desain, tapi dia inspirasi saya. Dia juga jadi "manekin" yang membantu saya," kata pria berdarah Betawi yang tinggal di Yogyakarta.

Selain itu, menurut intuisi Sutardi, nama sang istri lebih menjual dari segi bisnis ketimbang namanya sendiri.

Koleksi Farah Button by Sutardi dalam gelaran Spotlight Indonesia 2023 di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2023. Foto: Dok. IFC

Belajar Desain secara Autodidak dan Gandeng Ratusan Penjahit

Sutardi mendirikan Farah Button pada 2015. Tanpa latar belakang sekolah mode, dia mempelajari cara mendesain dan menjahit baju secara autodidak.

"(Belajar desain) dari baju saya buka, pelajari pola dan jahitannya. Saya coba lagi, coba lagi hingga hasilnya maksimal," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, jenama Farah Button terus berkembang. Sutardi pun menggandeng ratusan penjahit di beberapa daerah di Yogyakarta untuk membuat pesanannya.

"UMKM konveksi sekitar 300 penjahit. Sebenarnya kami bisa masuk ke industri yang lebih besar sepeti garmen, tapi memutuskan membagi ke konveksi agar UMKM Jogja bisa maju bersama," ujarnya.

Untuk menjaga konsistensi kualitas jahitan, Sutardi mengaku sudah memberikan pelatihan kepada para penjahit. Selain itu, ada tim kontrol kualitas atau quality control dari tim dia dan perwakilan penjahit.

"Jadi, kerja sama menjaga kualitas," ucapnya.

Ditanya soal signature desain, Sutardi menjawab rancangan khas dia bergaya simpel dan bisa dipakai ke mana saja. Dari segi bahan, Sutardi selalu berkreasi dengan keindahan wastra Nusantara dari batik, lurik, hingga tenun.

Selain fokus memproduksi busana wanita, dia menerima pesanan khusus baju pria jika ada pelanggan yang ingin tampil serasi. 

Hingga saat ini, toko Farah Button ada di Yogyakarta, Tegal, dan Bali. Produknya juga telah dipasarkan keluar negeri seperti Hawaii dan Tokyo. Bicara harga, untuk koleksi busana siap pakai Farah Button kisaran Rp60 ribu hingga Rp300 ribu. Sementara untuk koleksi Farah Button Pride dibanderol dari Rp2 juta tergantung kompleksitas pembuatan kain.

Pilihan Editor: Mengulik Bisnis Fashion BLZR.ID, Dirintis Kakak Adik yang Terinspirasi Toko Jas Sang Ayah

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."