CHI Awards 2023 Dukung Lestarikan Budaya dan Seni Tari Nusantara

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
CHI Awards diberikan kepada sosok pelestari seni tari tradisional Indonesia

CHI Awards diberikan kepada sosok pelestari seni tari tradisional Indonesia

IKLAN

3. Ni Ketut Arini

Arini mendapatkan CHI Awards 2023 dalam kategori Pelestari Seni Nusantara. Walaupun berasal dari keluarga seniman, Arini baru diizinkan untuk belajar menari kepada Sang Paman ketika ia berusia 14 tahun. Bakatnya yang luar biasa pun terlihat menonjol dari anak-anak seusianya. Arini semakin giat mengasah talentanya. dan sempat menimba ilmu seni tari di Sekolah Konsevatori dan Kerawitan
Indonesia Jurusan Bali (KOKAR Bali) dan Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar.

Kreativitas nya mencipta tari dimulai sejak ia lulus Sarjana Muda dari Akedemi Seni Tari Indonesia tahun 1973. Beberapa karya Tari Legong nya pun berhasil mendapat penghargaan. Salah satunya adalah Tari Legong Widya Lalita. 

Langkah Arini menjadi pengajar pun semakin mantap ketika tahun 1979 ia diundang stasiun TVRI untuk mengisi program “Bina Tari”. Bersama sanggar tarinya “Warini” ia dipercaya untuk mengasuh program tersebut selama 20 tahun. Mata dunia mulai melirik Arini dan sejak itu Arini banyak mendapat tawaran mengajar tari Bali dari mancanegara. Seperti ke Amerika Serikat (1999- 2005) dan Jepang (2007-2018).

Di usianya yang sudah 80 tahun semangat pengabdian ibu 4 anak ini terhadap seni tari Bali tak pernah padam. Dengan menari dan mengajar, Arini merasa bahagia karena bisa berbagi & bermanfaat bagi orang lain.

4. Retno Maruti

Retno Maruti mendapatkan menghargaan CHI Awards 2023 dalam kategori Pelestari Seni Tari Nusantara. Saat SMP, Retno terpilih menjadi penari kijang kencana dalam pentas Sendratari Ramayana di Candi Prambanan selama kurang lebih 9 tahun (1961-1968). Pengalamannya mengikuti sendratari Ramayana Prambanan itu sangat membantu Retno ketika ia mengelola pertunjukan dan memimpin Padnecwara(sanggar tari yang didirikannya sejak 1976 bersama Arcadius Sentot Sudiharto teman sesama penari yang juga suaminya).

Sejak tahun 1960-an Retno mulai menari di luar negeri, antara lain di World Fair New York 1964 selama 8 bulan dan terpilih sebagai salah satu penari misi kepresidenan ke Jepang. Ketika kembali ke Indonesia, Retno pun mulai membuat karya tari pertamanya, Langendriyan Damarwulan pada 1969, sampai yang terakhir Kidung Dandaka pada 2016.

Di usia 76 tahun, Retno masih tetap berkarya sekalipun kini gerak kakinya sudah sangat terbatas dan lebih banyak berada di belakang panggung. Seperti awal Oktober lalu Retno baru saja mementaskan kembali sendratari Roro Mendut (karya yang dibuat tahun 1977) di NAFA Lee Foundation Theatre, Singapore. Retno bahagia karena saat itu semua keluarganya, termasuk Kanya sang cucu, juga ikut terlibat.

5. Sukarno

Namanya mungkin lebih dikenal sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia. Padahal kontribusinya di dunia seni pun cukup banyak. Putra dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai dan Raden Soekemi Sosrodihardjo ini sudah menunjukkan minatnya di bidang seni sejak di bangku SMP dengan menjadi pemain teater. Bahkan di masa pembuangannya di Ende, Sukarno banyak menulis naskah cerita, menjadi sutradara dan mengelola pementasan teater.

Sebagai pemimpin Sukarno termasuk pemimpin yang paling aktif memajukan kesenian tradisional. Khusus untuk seni tari, ia mengembangkan ragam tari tradisi Nusantara dari sisi estetika seni petunjukan yang menarik untuk disuguhkan sebagai jamuan kenegaraan. Seperti beliau menjadikan Tari Pendet sebagai tari pembuka dalam acara resmi menyambut tamu negara. Putra sulung Sukarno, Guntur Sukarno Putra, dalam bukunya “Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku" menuliskan Sukarno juga senang menari Lenso dalam acara-acara khusus. Sukarno tak segan mendobrak pakem untuk mengangkat seni tari tradisi yang lebih merakyat. Misalnya mengusulkan Tari Kecak Bali yang semula ditarikandalam format baris menjadi lingkaran.

Guruh Sukarno Putra, putera bungsu Sukarno, mengungkapkan pada tahun 1958 atas prakarsa Sukarno, tari Kecak yang biasa hanya ditarikan oleh laki-laki, ditarikan oleh wanita di Stadion Senayan saat pembukaan Asian Games IV tahun 1962. Berangkat dari inspirasi tersebut pada bulan Juni lalu, Guruh menampilkan kembali tarian kecak yang ditarikan oleh 3.000 penari perempuan di Gelora Bung Karno pada perayaan puncak Bulan Bung Karno dengan judul pertunjukkan "Soekarnoyana". Atas dasar inilah CHI mempersembahkan penghargaan khusus CHI Awards 2023 “Amerta Askara Budaya" (Cahaya Budaya Abadi) kepada almarhum Sukarno. Harapannya sosoknya bisa dikenang sebagai Bapak Pendiri Bangsa yang telah membangun jati diri bangsa dan menjadi cahaya yang menerangi pertumbuhan seni budaya nusantara.

Pilihan Editor: Kehidupan Hiruk Pikuk Jakarta, Tema yang Dibawakan Komunitas Tari di Jakarta Dance Meet Up 2023

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."