Benarkah Malas Gerak Bisa Menjadi Tanda Depresi, Simak Pendapat Ahli

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah Anda merasa seperti tidak ada energi, mager (malas gerak), menarik diri dari lingkungan, dan sulit tidur, merupakan beberapa tanda depresi yang perlu dibantu. Praktisi Kesehatan Spesialis Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr I.G.N.G Ngoerah, Denpasar, dr Ida Aju Kusuma Wardani, menyebutkan malas gerak bisa menjadi salah satu tanda depresi.

"Seperti tidak ada energi, mager (malas gerak), menarik diri dari lingkungan, dan sulit tidur, merupakan beberapa tanda depresi yang perlu dibantu," katanya dalam acara gelar wicara terkait depresi, secara daring, di Jakarta, Senin, 11 September 2023. 

Ida menyebutkan kehilangan minat pada suatu rutinitas tertentu seperti bekerja atau melakukan hobi seperti olahraga, juga merupakan salah satu tahapan yang harus diwaspadai sebelum pada tahap depresi yang lebih berat.

Selain itu, sambungnya, perilaku seperti putus asa, perasaan bahwa diri tidak berguna, serta harapan yang terlalu tinggi namun tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan juga perlu diwaspadai setiap orang sebagai gejala dari depresi.

Pada tahap depresi yang lebih berat, kata dia, seseorang yang mengalami depresi umumnya lebih sensitif dan cenderung mengatakan bahwa dirinya "sudah bosan hidup" atau "tidak tahan dalam menghadapi cobaan kehidupan".

"Dengan hal seperti itu, berarti individu tersebut memiliki kerapuhan dalam kepribadiannya, maka harus dibantu," ujarnya.

Ida mengimbau agar setiap orang mewaspadai dan merangkul kerabat atau keluarga yang mengalami sejumlah gejala tersebut serta mencegah untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Dia menegaskan percobaan bunuh diri merupakan perbuatan negatif, yang hanya berakibat pada dua hal yakni merenggut nyawa atau menjadikan seseorang cacat di sisa hidupnya.

Oleh karena itu dalam memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 10 September, Ida mengajak kepada setiap orang untuk berkonsultasi kepada ahlinya untuk mencegah dampak yang lebih buruk dari depresi.

"Tidak harus ke spesialis kejiwaan/psikiater, carilah solusi mana yang paling bisa didapatkan, bisa psikolog atau kalau adanya dokter umum juga boleh, yang penting ada bantuan tenaga medis, agar tidak terpuruk, karena dengan sosialisasi dapat menciptakan harapan melalui tindakan," tuturnya. 

Pilihan Editor:

Suka Konsumsi Kacang Tanah Bisa Turunkan Risiko Depresi Menurut Studi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."