Festival Payung Indonesia 2023 Siap Digelar, Catat Tanggal dan Ragam Acaranya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Opening Festival Payung Indonesia 2022, Jumat, 2 September 2022 di Puro Mangkunegaran, Solo/Foto: Cantika/Ecka Pramita

Opening Festival Payung Indonesia 2022, Jumat, 2 September 2022 di Puro Mangkunegaran, Solo/Foto: Cantika/Ecka Pramita

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bumi terus berputar dan waktu tak pernah berhenti. Begitu juga penyelenggaraan Festival Payung Indonesia (FESPIN) tak pernah berhenti sejak 2014 hingga kini. Tak terasa pada tahun 2023 ini, usia penyelenggaraan  FESPIN sudah memasuki tahun ke-10.  Pada tahun 2023 ini, FESPIN masuk dalam kalender SPORTIVE 2023 - Kemenparekraf RIRI pada 8-10 September 2023.

Menurut Founder Fespin, Heru Mataya pada FESPIN ke-10 tahun ini akan diselenggarakan di dua situs -Balaikota Solo dan Pasar Gede. 'Sepayung Bumi, Alam adalah Kita' menjadi tema festival  yang signifikan. Tema ini mengajak kita semua bahwa mulai dari diri kita dan kebiasaan kita hidup sehari-hari yang mampu mencegah perubahan iklim.  "Misal, hemat pemakaian listrik dan air bersih, banyak menanam pohon dan lain-lain. FESPIN 2023, Sepayung Bumi mengajak kita untuk makin memahami bagaimana alam bekerja. Mulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita sendiri, kita terus berusaha mencintai dan merawat alam. Alam adalah Rumah Kita.," papar Heru Mataya. 

FESPIN dan Literasi jadi Bagian Tak Terpisahkan 

Penari berlatih menari di depan dekorasi payung untuk persiapan Festival Payung Indonesia di kawasan Keraton Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Rabu 31 Agustus 2022. Festival yang mengangkat tema The Kingdom and Umbrella dan diikuti 81 kelompok seni dari Indonesia dan mancanegara tersebut digelar untuk melestarikan kerajinan payung tradisional sebagai warisan budaya Indonesia sekaligus meningkatkan pariwisata nasional. ANTARA FOTO/Maulana Surya

Mulai 2022, FESPIN  berusaha menempatkan literasi menjadi bagian penting dari festival dan berusaha menjadi program berkelanjutan.  Literasi bukan hanya Teks, melainkan juga Konteks. FESPIN  Jika pada FESPIN ke-9  tahun 2022 lalu, FESPIN  melahirkan sebuah buku kumpulan esai yang berjudul Payung Tradisi Nusantara, dengan kata pengantar Prof. Dr. Peter Carey, sejarawan Indonesia modern. Pada tahun ini,  FESPIN untuk menerbitkan buku Sepayung Bumi, Kumpulan Cerpen dan Puisi. Sejumlah 18 partisipan penulis cerpen dan 26 penulis puisi telah menyumbangkan karyanya untuk penerbitan buku tersebut. Antara lain; Sujiwo Tedjo, Eka Budianta, Joko Pinurbo, K.H. Ahmad Mustofa Bisri, dan Sujiwo Tejo. 

Menurut Public Relation dan Admin dari Komunitas Menulis dan Membaca NULIS AJA DULU (NAD) Innes Paramitha Bikaristi kerjasama tersebut menjadi yang kedua antara Voila! Publishing berpartner dengan Festival Payung Indonesia mengabadikan sebuah perhelatan besar dalam sebuah buku. "Tahun pertama kami mengundang secara terbuka bagi para penulis NAD untuk menulis essai tentang Payung Tradisional. Dan untuk tahun ini, undangan menulis CerPen dan Puisi bertema 'Sepayung Bumi, Alam adalah Kita' untuk gelaran Festival Payung Indonesia ke-10, sifatnya tertutup kepada mereka yang terpilih," ucap Innes.

Innes melanjutkan, mereka yang datang dari Komunitas Nulis Aja Dulu adalah para mentor Ruang Belajar Cerpen yaitu Kurnia Effendi (merangkap editor buku FesPin), Prasetyo Utomo, Achie TM, Gol A Gong, Rani Aditya, Katarina Retno, Diajeng Maya, dan Hermawan Aksan (Mentor Ruang Belajar Editing). Para finalis NAD Akademi satu dan dua yaitu Jenny Seputro, Eki Saputra, Erlyna, Prima Taufik, Windy Martinda, Alfian Budiarto, Baron Negoro, Puput Sekar, Syarwini dan Yuke Neza. Sementara Ruhyat Hardadinata adalah wakil Admin NAD dan Ecka Pramita dari divisi pemberitaan NAD. Di jalur puisi NAD juga mengundang Genoveva Dian, Jauza Imani, Naning Scheid, Ratna Ayu Budiarti dan Yekti Sulistyorini.

"Voila! Publishing dan Nulis Aja Dulu sangat bangga bisa menjadi bagian dari acara ini. Semoga Festival Payung Indonesia semakin jaya dan rutin diadakan setiap tahunnya. Semoga kerja sama dengan kami juga tak pernah putus. Mengutip ungkapan seorang Filsuf Romawi, Cicero, sebuah kamar tanpa buku seperti tubuh tanpa jiwa. Mungkin di masa depan FESPIN tanpa buku seperti festival tanpa jiwa," pungkas Innes. 

FESPIN dan Ruang Kesetaraan 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."