Utang Dalam Segala Rupa Menghantui Gen Z dan Milenial

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi utang. Pexels/Mikhail Nilov

Ilustrasi utang. Pexels/Mikhail Nilov

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kampanye untuk berutang semakin sering terdengar. Berbagai fintech menawarkan beragam program mereka untuk mengajak masyarakat, terutama Gen Z dan Milenial, untuk berutang. Ketika dulu orang mungkin harus memohon atau bahkan minta tolong demi meminjamkan uang secara konvensional, saat ini syarat untuk berutang cukup mudah.

Tawaran utang berseliweran dengan berbagai kemasan promosi yang memikat hati. Apalagi penggunaan frasa-frasa yang menggoda, serupa “Jangan terlewatkan!”, “Penawaran terakhir”, “Beli saja dulu, bisa bayar nanti”, dan lain sebagainya.

Dalam praktik perniagaan daring, promo penjualan kilat (flash sale) disertai fasilitas paylater (beli kini bayar nanti) sungguh menjadi skema ampuh dalam memanipulasi otak konsumerisme yang seolah barang itu memiliki urgensi untuk dibeli saat ini juga. Penjualan kilat tidak memberi kesempatan konsumen berpikir panjang, sedangkan metode "beli kini bayar nanti", memfasilitasi pembeli untuk berutang dengan amat mudah. Akibatnya, kalangan rentan yang belum memiliki literasi keuangan mumpuni gampang terperosok dalam kubangan utang.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat nilai pinjaman daring kelompok Gen Z dan milenial (19-35 tahun) pada tahun 2021 mencapai Rp14,74 triliun, utang yang ditimbulkan, salah satunya dari pemakaian jasa paylater.

Survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) pada 2021 memperkuat temuan tersebut. Penelitian terhadap perilaku keuangan generasi milenial dan Z itu mendapati sebesar 13,8 persen dari kalangan mereka menggunakan jasa paylater. Angka ini lebih besar ketimbang penggunaan kartu kredit yang berada pada kisaran 7,6 persen.

Sementara menurut data Institute for Development of Economic Studies (Indef), tidak sedikit dari mereka, bahkan macet melunasi pinjaman itu. Peneliti Indef Nailul Huda menyebutkan realita ini banyak terjadi pada pengguna berusia 19 tahun ke bawah yang belum berpenghasilan, dengan angka rata-rata kredit macetnya 2,8 juta per orang.

Besaran itu tentu bukan angka yang sedikit untuk ukuran remaja yang belum bekerja. Bagaimana bisa, belum memiliki penghasilan, tapi berani berutang. Sungguh, suatu keberanian yang tidak masuk akal.

Pada bagian lain, survei yang dilakukan oleh aplikasi perencanaan keuangan komprehensif, LendingTree, tahun lalu, memperoleh temuan bahwa seperempat milenial telah melakukan pembelian tanpa memiliki uang, alias dengan cara utang. Dan pengeluaran itu dilakukan dalam rangka kencan atau pacaran. Meski penelitian ini mengambil subyek masyarakat milenial di Amerika, namun gejala serupa pada kenyataannya juga terjadi di negara lain, seperti Indonesia.

Pilihan Editor: Tips Keuangan untuk Milenial, Mulai Siapkan Dana Pensiun dan Tuntaskan Utang

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."