Kualitas Udara yang Buruk Akibat Polusi Tidak Hanya Akibatkan ISPA, Ini Kata Dokter

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi polusi udara (Pixabay.com)

Ilustrasi polusi udara (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaKualitas udara yang buruk akhir-akhir ini sempat menjadi perhatian. Sebenarnya ada beberapa dampak kesehatan terkait dengan kualitas udara yang buruk. Guru besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Agus Dwi Susanto mengatakan selain masalah pernapasan hingga Infeksi Saluran Pernapadan Akut (ISPA), ada dampak lain setiap peningkatan partikel polusi udara yang memengaruhi tubuh.

Salah satunya akan meningkatkan terjadinya serangan jantung sebesar 4,5 persen selain penyakit paru-paru. "Setiap peningkatan partikel 10 mikrogram akan meningkatkan mortalitas jantung dan serangan jantung empat setengah persen," kata Agus dalam diskusi tentang dampak polusi udara yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa 8 Agustus 2023.

Kualitas udara yang buruk sehingga berdampak pada pernapasan juga bisa mengakibatkan masalah kardiovaskular atau jantung. Polutan dapat masuk melalui alveoli dan segera mengalir masuk ke pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik pada jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pada vaskuler yang berhubungan dengan risiko terjadinya hipertensi, disfungsi endothel dan terjadinya penyakit jantung.

Selain serangan jantung, Agus mengatakan polutan juga memberi dampak 7 kali lipat lebih besar pada stroke secara umum. Ia mengatakan hampir 47 persen penyakit datang dari paparan polusi udara. "Tapi ini seringkali diremehkan. Hampir 47 persen penyakit datang karena polusi sehingga harus mendapatkan perhatian," ujar Agus.

Dokter yang juga tergabung dalam organisasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu mengatakan, polusi udara juga berdampak terhadap terhambatnya pertumbuhan kognitif anak di usia dua tahun hingga usia sekolah.

Polusi udara, dikatakan Agus, bisa menembus ke otak yang bisa menyebabkan peradangan dan berdampak pada kognitif anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan. Diperkirakan, 2 miliar anak di seluruh dunia terdampak dari polusi udara yang menyebabkan dampak pada perkembangan kognitif mereka. Riset menunjukkan peningkatan polutan berkaitan dengan tingkat intelegensi dan intelektual lebih rendah pada anak-anak di bawah usia 2 tahun maupun usia sekolah," lanjut Agus.

Tak hanya menghambat perkembangan kognitif, paparan polusi udara terutama di daerah polutan tinggi dapat menyebabkan anak lahir stunting.

Hal ini karena polutan akan memberikan gangguan pada sistem sirkulasi, di mana sistem sirkulasi tersebut membawa oksigen dalam darah hingga otak. Ketika sirkulasi membawa oksigen lebih rendah, anak akan kekurangan oksigen secara defisit minor dan dalam jangka panjang pertumbuhannya akan menjadi lebih lambat. Stunting pada anak yang terpapar dari polutan itu risikonya dua kali lipat lebih tinggi," kata Agus.

Agus mengatakan setiap lapisan masyarakat harus berperan aktif dalam mengurangi polusi dengan cara beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi dan tidak membakar sampah sembarangan.

Selain itu jika berada di daerah tinggi polutan kurangi aktivitas di luar ruangan, selalu memantau kualitas udara secara real time dan gunakan masker N95 atau masker bedah untuk menyaring polutan masuk ke jalur pernapasan.

"Masker sangat berperan karena langkah pencegahan utama. Masker atau respirator yang terbaik adalah N95, meskipun bisa juga pakai masker bedah ataupun masker kain dan ternyata dampaknya bagus pada pernapasan," katanya.

Ia juga menyarankan untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, istirahat cukup, makan makanan bergizi serta tidak merokok. Jika muncul gejala akibat polusi udara segera deteksi dini dan bawa ke rumah sakit bila terjadi perburukan.

Pilihan Editor: Dampak Polusi Udara pada Kulit, Peradangan dan Hiperpigmentasi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."