Rumus Sonita Lontoh menjadi Pemimpin Perempuan, Pentingnya Persiapan dan Jangan Takut Gagal

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sonita Lontoh. TEMPO/Reyhan

Sonita Lontoh. TEMPO/Reyhan

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap pemimpin perempuan punya gaya dan rumus dalam mengepalai dan mendorong timnya untuk tumbuh bersama. Begitu pula dengan teknorat Sonita Lontoh, yang kini menjabat sebagai Direktur Independen Sunrun, TrueBlue, sekaligus penasihat di Sway Ventures. Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan global dan berlokasi di Amerika Serikat. Sebelumnya, Sonita diketahui berada di level top management perusahaan teknologi sepeti HP dan Siemens.

Lantas, seperti apa kunci dan rumus yang selalu dipakai perempuan berdarah Manado dan Padang itu dalam memimpin? Berdasarkan hampir 30 tahun kariernya di bidang teknologi, Sonita meyakini sebagai pemimpin perlu meluangkan waktu untuk membangun tim sebagai pemimpin-pemimpin kecil di divisinya.

"Baru pertama kali berkarier, kita mikirnya diri kita sendiri. Tapi seiring waktu, saat kamu memimpin, kamu mulai merasakan berdampak atau berkontribusi saat kamu meluangkan waktu untuk membangun orang lain sebagai pemimpin," tuturnya kepada Cantika di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 20 Mei 2023.

Menurut Sonita, dengan cara itu, dia sebagai pemimpin bisa berjalan bersama mencapai tujuan dari organisasi. Dia mengandalkan kekuatan tim, bukan satu orang alias one man show.

"Kita harus deveplop other people (membangun jiwa kepemimpinan orang lain) untuk menjadi pemimpin. Karena kita tidak bisa selalu yang menjadi decision maker (pengambil keputusan) di berbagai kesempatan. Harus banyak leaders (pemimpin) lain di organisasi kita, supaya kalau apa pun yang terjadi, kamu punya banyak leaders lainnya untuk saling membantu dan menghadapi bersama," ujar perempuan kelahiran 17 Juni itu.

Pentingnya Persiapan sebagai Pemimpin

Dalam melakukan hal apa pun sebagai pimpinan dari sebuah tim, Sonita menyebutkan pentingnya persiapan. Dengan persiapan secara optimal, dia percaya diri sebagai pemimpin perempuan.

"Pertama, penting prepare (persiapan). Saya adalah tipenya orang yang merasa percaya diri saat saya menyiapkan semuanya. Somehow If I prepare for something, I just feel more confidence (Ketika saya menyiapkan semuanya, saya merasa lebih percaya diri). Itu salah satu rumus saya, tapi setiap orang berbeda," ucap perempuan yang menghadiri Inaugural White House Forum on Asian American pada Mei 2023.

"Jadi, carilah apa yang sesuatu atau yang harus kamu buat yang bikin kamu percaya diri. Kalau dalam kasus saya, saya harus prepare," sambung perempuan yang hampir tiga dekade bermukim di negeri Paman Sam itu.

Sonita Lontoh. TEMPO/Reyhan

Jika kamu sebagai pemimpin perempuan pernah merasa tidak aman (insecure), Sonita mengimbau untuk bertanya kembali ke dalam diri mengapa kamu yang terpilih dan diamanahkan. 

Sebagai pemimpin, Sonita juga menegaskan jangan takut dengan perubahan. "Karena menurut pengalaman saya, perubahan adalah hal konstan yang terjadi. Jadi embrace change menerima perubahan), jangan takut dengan change (perubahan)," tukasnya.

Bukan cuma jangan takut dengan perubahan, dia juga mengatakan jangan takut dengan kegagalan. Dari kegagalan itu, kita bisa belajar untuk langkah selanjutnya. Jika tak pernah mencoba karena takut salah, tidak ada perkembangan apa pun yang mungkin terjadi.

"Don't be afraid with failures (jangan takut dengan kegagalan). Saya merasa banyak orang merasa takut gagal. Karena takut gagal, jadi tidak mencoba. Menurut saya, jangan takut gagal, lakukan secepatnya. (Ibaratnya) Malah kalau gagal, gagal aja yang cepat, supaya kita bisa belajar dan menerapkannya di selanjutnya," tandas Sonita Lontoh dengan penuh semangat.

Pilihan Editor: Tantangan Sonita Lontoh Berkarier di Bidang Teknologi selama 30 Tahun

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."