7 Perubahan Miss V Sesuai Usia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi vagina. Shutterstock

Ilustrasi vagina. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Seperti halnya area tubuh yang lain, penampilan dan fungsi vagina atau miss V berubah dipengaruhi usia, kata dokter kandungan Sheryl A. Ross. Perubahan miss V yang terjadi, lanjut Ross, antara lain alami kekeringan, lebih kendur hingga rambut kemaluan menipis. Yuk, kita pelajari bersama perubahan tersebut dan cara merawatnya. 

1. Lebih Kendur

Seiring bertambahnya usia, mungkin kamu akan menyadari bahwa penampilan miss V sedikit lebih kendur. "Faktor usia dapat memengaruhi elastisitas vulva dan vagina," jelas Dr. Ross.

Memang, peristiwa-peristiwa kehidupan tertentu dan penuaan normal dapat membuat vulva, area kulit yang mengelilingi uretra dan vagina, termasuk klitoris dan labia, kendur dan peregangan pada lubang miss V.

"Miss V dapat meregang begitu banyak saat melahirkan," katanya. Setiap persalinan melalui miss V, terjadi sedikit peregangan, yang nantinya memiliki efek akumulatif mengubah tampilan luar vagina.

Setelah masa reproduksi berlangsung, dan kamu menghadapi perubahan hormon selama masa perimenopause dan menopause di masa mendatang, kondisi itu juga bisa membuat vulva dan miss V tampak lebih tipis dan kendur, ungkap Dr. Ross.

2. Miss V Kering

    Miss V yang sehat adalah yang kelembapannya terjaga. Namun seiring bertambahnya usia, kamu mungkin mengalami kekeringan pada vagina akibat penurunan hormon estrogen. Hormon ini menjaga kelembapan pada lapisan miss V, sehingga ketika kadarnya rendah, dinding vagina menjadi lebih tipis dan kering, menurut Cleveland Clinic.

    Selama kamu hidup, ada tiga serangan hormon utama pada tubuh yang menyebabkan penurunan estrogen, sehingga membuat kekeringan pada vagina, yakni menyusui, perimenopause, dan menopause," ungkap Dr. Ross.

    Menurut Cleveland Clinic, selama masa ini ketika jaringan vagina kekurangan lubrikasi, kamu mungkin mengalami gejala-gejala berikut.

    • Ketidaknyamanan dan rasa sakit pada vagina terutama saat berhubungan intim
    • Rasa terbakar dan gatal
    • Pendarahan setelah berhubungan intim karena jaringan dinding vagina robek
    • Rasa nyeri pada vulva
    • Infeksi saluran kemih (ISK) atau infeksi jamur yang berulang
    • Perlu buang air kecil lebih sering
    • Tidak ingin berhubungan intim
    • Iritasi saat mengenakan pakaian dalam atau saat melakukan aktivitas normal seperti berjalan atau duduk

    Iklan

    Berita Terkait

    Rekomendasi Artikel

    "Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."