Mengenal Apa Itu Baby Blues, Gejala, dan Cara Mengatasinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon

Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apa itu baby blues? Yaitu kondisi sindrom yang umum dialami para orang tua yang baru saja mempunyai anak. Merujuk laporan March of Dimes, sebanyak 80 persen atau 4 dari 5 orang tua baru akan mengalami baby blues syndrome. Penyebab baby blues merawat bayi yang terus-menerus menangis. Bayi yang terbangun pada tengah malam juga menyebabkan ibu mengalami baby blues.

Mengutip Healthline, baby blues periode singkat setelah melahirkan yang diliputi kesedihan, kecemasan, stres dan perubahan suasana hati yang drastis. Biasanya, ibu akan mengalami baby blues bertahan hingga dua pekan.

Tubuh ibu setelah melahirkan biasanya akan mengalami naik dan turun hormon ekstrem selama merawat bayi dan meningkatkan laktasi. Reaksi tubuh ini juga bisa menyebabkan ibu mengalami baby blues.

Gejala Baby Blues

1. Ibu menangis tanpa alasan bahkan karena hal kecil

2. Moody

3. Mudah tersinggung

4. Merasa tidak peduli

5. Kesulitan membuat keputusan atau berpikir jernih

6. Merasa gelisah atau mengalami insomnia

7. Merasa cemas tentang kesehatan dan keselamatan bayi

8. Merasa kehilangan diri yang lama, seperti kebebasan untuk pergi dengan teman-teman

Ilustrasi ibu bersedih. Foto: Freepik

Biasanya perasaan itu lebih banyak dialami ibu muda yang masih minim memahami arti kehamilan dan memiliki anak. Kondisi ini juga bisa dipengaruhi kurangnya asupan gizi yang cukup semasa kehamilan. Keadaan lainnya yang rentan menyebabkan baby blues makin parah, jika suami tidak banyak menyokong istrinya secara psikologis.

Baby blues yang berkelanjutan berdampak produksi air susu ibu atau ASI, pengasuhan bayi,  dan kesehatan ibu. 

Cara Mengatasi baby blues

Merujuk National Health Service UK, terdapat beberapa cara mengatasi baby blues.

1. Tindakan Mandiri

Berbincang dengan keluarga dan teman dekat tentang perasaan yang dialami. Meluangkan waktu untuk melakukan berbagai yang disukai saat jeda mengasuh bayi. Bisa juga jeda waktu luang untuk tidur, berolahraga, dan konsumsi.

2. Terapi psikologis

Ahli medis kemungkinan menyarankan perawatan mandiri atau merujuk terapi perilaku kognitif (CBT).

Ilustrasi ayah dan bayi. Foto: Unsplash/Nubelson Fernandes

3. Peran suami

  • Membantu merawat bayi, menggendong, menggantikan popok, dan memandikan bayi.
  • Membantu pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel, dan memasak.
  • Memberi kesempatan ibu untuk melakukan waktu luang menikmati hobinya
  • Menyiapkan makanan untuk asupan gizi ibu menyusui.
  • Membantu merawat kakak bayi, jika anak kedua dan seterusnya
  • Menemani ibu ketika terbangun malam untuk menyusui, suami membantu membuatkan minuman hangat, atau memijat punggung ibu.
  • Memberikan rasa nyaman agar ibu merasa bahagia.
  • Tidak memberi stigma tentang kelemahan dan kesulitan ibu dalam merawat dan menyusui bayi.

4. Anggota keluarga atau kerabat

Anggota keluarga perlu membantu dukungan saat baby blues, misalnya menjadi pendengar. Saat ibu menceritakan kesulitannya menghadapi masa-masa setelah persalinan, anggota keluarga atau kerabat terdekat bisa menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan ibu.

Mendengar keluh kesahnya dan tak meremehkan kesulitan yang sedang dirasakan. Buat ibu merasa aman dan nyaman untuk bercerita agar bisa mengurangi beban pikirannya.

Bahaya Baby Blues Tak Ditangani Segera

Menurut psikiater dari RSUP Persahabatan dr. Tribowo T. Ginting, SpKJ(K), sindrom baby blues yang tidak tertangani sangat berpotensi berkembang menjadi depresi postpartum.

Ia mengatakan sindrom baby blues biasanya berlangsung singkat, yaitu sekitar satu minggu. Jika melebihi dua minggu, maka ada kecurigaan kondisinya telah berkembang menjadi depresi.

Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Unsplash/Kevin Liang

"Biasanya dalam waktu seminggu kurang itu baby blues sudah hilang. Gejala-gejalanya bisa saja seperti sedih tapi tidak berlangsung lama, tidak memenuhi kriteria depresi. Jika melebihi waktu dua minggu, maka memenuhi kriteria depresi" ujar Bowo pada pertengahan Desember 2022.

Pada kasus yang lebih berat, Bowo mengatakan sindrom baby blues juga dapat berkembang menjadi psikosis postpartum, seperti munculnya halusinasi atau marah-marah yang berkelanjutan.

"Itu yang menjadi perhatian kalau misalnya kondisi awal baby blues itu tidak ditangani secara serius," imbuhnya. "Kadang-kadang orang berpikir biasa bagi seorang ibu habis melahirkan begitu karena sembilan bulan mengandung anaknya terus dia harus melepas dan ada sesuatu yang berbeda, sehingga ibu harus beradaptasi kembali. Ya benar, tapi kalau dicuekin hati-hati, jangan sampai berlanjut menjadi kondisi yang lebih berat." 

TEMPO | MUHAMMAD SYAIFULLOH | ANTARA

Baca juga: Melanie Putria Pilih Lari untuk Hadapi Baby Blues

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."