Jangan Abaikan Gejala Baby Blues Syndrome, Bisa jadi Pemicu Depresi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita depresi. shutterstock.com

Ilustrasi wanita depresi. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Baby blues syndrome merupakan hal yang wajar dialami para ibu pasca-melahirkan, ada sekitar 70-80 persen mengalami syndrome tersebut. Beberapa ciri-ciri dari baby blues syndrome antara lain mudah merasa sedih, cemas dengan kondisi anak, kemudian juga ada perasaan sedih yang tak beralasan. 

Spesialis kedokteran jiwa (psikiater) dari RSUP Persahabatan Dokter Tribowo T. Ginting mengatakan, baby blues syndrome yang tidak tertangani sangat berpotensi untuk berkembang menjadi depresi.

"(Baby blues syndrome) akan jadi masalah kalau tidak tertangani, nanti berkelanjutan menjadi gejala depresi postpartum," kata Bowo dalam acara talkshow kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta pada Selasa, 13 November 2022. 

Baby blues syndrome merupakan perasaan sedih yang dialami ibu masa awal setelah melahirkan. Menurut Bowo, kondisi tersebut sebenarnya wajar terjadi karena setelah melahirkan ibu akan mengalami perubahan hormon.

Selain itu, kata dia, baby blues syndrome juga bisa terjadi karena masalah yang dialami sejak masa kehamilan, yang menyebabkan ibu merasa tertekan, sedih, atau tidak nyaman.

Ia mengatakan, baby blues syndrome biasanya berlangsung singkat yaitu sekitar satu minggu. Jika melebihi dua minggu, maka ada kecurigaan bahwa kondisinya telah berkembang menjadi depresi.

"Biasanya dalam waktu seminggu kurang itu baby blues sudah hilang. Gejala-gejalanya bisa saja seperti sedih, tapi tidak berlangsung lama, tidak memenuhi kriteria depresi. Jika melebihi waktu dua minggu, maka memenuhi kriteria depresi," ujar Bowo.

Pada kasus yang lebih berat, Bowo mengatakan baby blues syndrome juga dapat berkembang menjadi psikosis postpartum seperti munculnya halusinasi atau marah-marah yang berkelanjutan. "Itu yang menjadi perhatian kalau misalnya kondisi awal baby blues itu tidak ditangani secara serius," imbuhnya.

"Kadang-kadang kan orang berpikir biasa bagi seorang ibu habis melahirkan begitu. Karena sembilan bulan mengandung anaknya terus dia harus melepas dan ada sesuatu yang berbeda sehingga ibu harus beradaptasi kembali. Ya benar, tapi kalau dicuekin hati-hati, jangan sampai berlanjut menjadi kondisi yang lebih berat," kata Bowo.

Untuk mencegah hal tersebut, Bowo mengatakan keluarga memiliki peran penting untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu yang baru melahirkan. Selain itu, perlu juga bagi ibu untuk istirahat dengan cukup dan menyempatkan me time. "Ibu perlu me time. Jangan mentang-mentang ada anak bayi lalu enggak bisa ngapa-ngapain," ujar Bowo.

Baca: Cegah Baby Blues Syndrome untuk Ibu Hamil dengan Program Menyusui

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."