Tak Semua Produk Kosmetik Aman Dipakai Setelah Lewat Masa Kedaluwarsa

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi mencoba produk kosmetik. Boldsky

Ilustrasi mencoba produk kosmetik. Boldsky

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaProduk kosmetik memungkinkan aman untuk digunakan satu sampai dua tahun setelah masa kedaluwarsa, tetapi hal ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan, demikian penjelasan Hilda selaku peneliti dari PT Paragon Technology and Innovation (Paragon).

"Kebanyakan produk dekoratif (makeup) yang kita kembangkan aman sih untuk empat sampai lima tahun. Tapi memang tidak disarankan disimpan di kondisi ekstrim. Karena bisa jadi kondisi ekstrim seperti matahari, ruangan yang sangat panas, itu bisa memperpendek usia produk itu sendiri," kata Hilda di Research and Innovation Center Paragon Corp di Jatake, Tangerang, Kamis (6 Oktober 2022. 

Kendati demikian, Paragon umumnya hanya menuliskan masa kedaluwarsa produk selama dua sampai tiga tahun saja. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan pemakaian suatu produk sangat beragam dan tidak dapat dipastikan apakah selalu higienis atau tidak.

"Jadi walaupun tahu produk itu aman empat sampai lima tahun, kita nggak berani tulis expire-nya sampai segitu. Karena kita tahu kondisinya penyimpanannya nggak selalu di ruang tertutup atau penggunaannya nggak selalu higienis. Makanya kita tulis walau produknya kuat lima tahun tapi expire-nya kita kurangi. Kebanyakan produk Paragon itu hanya tiga tahun," ungkap Hilda.

"Biasanya produk yang area mata seperti maskara itu kan dekat dengan kelopak itu kan area lebih sensitif ya. Jadi disarankan jangan terlalu lama. Kalau sudah expired date sebaiknya benar-benar stop saja jangan tunggu sampai habis," imbuhnya.

Di sisi lain, Bayu selaku peneliti dari Paragon juga menjelaskan bahwa uji coba masa kedaluwarsa produk tidak dilakukan selama tiga tahun saja. Namun, uji coba produk juga dilakukan di berbagai suhu seperti di suhu 45 hingga 50 derajat dan di suhu lemari pembeku untuk mengetahui masa ketahanan dari produk tersebut.

"Untuk expired date tidak mungkin kita luncurkan setelah diuji selama 3 tahun baru dirilis kan. Tapi kita menggunakan yang namanya accelerated stability test atau uji stabilitas dipercepat," jelas Bayu.

"Kita simpan di oven 45 derajat selama tiga bulan atau oven 50 derajat selama satu bulan. Kalau kualitasnya masih oke, kita pede untuk produce dan launching. Itu sebenarnya prediksi ya. Karena itu kan suhu ekstrim, dengan itu kita bisa melakukan judgement bahwa akan stabil 2 atau 3 tahun ke depan," lanjutnya.

Meskipun demikian, Bayu melanjutkan bahwa menguji produk di suhu ruang selama 3 tahun tetap dilakukan. Apabila produk memiliki ketahanan lebih atau kurang dari 3 tahun maka masa kedaluwarsa dalam sebuah produk akan direvisi. Bayu mengatakan bahwa metode ini mereka adaptasi dari cara uji coba obat-obatan.

"Tapi produk suhu ruangnya terus kami periksa sampai tiga tahun. Jadi tetap diuji juga di suhu ruang selama 3 tahun. Sebetulnya metode ini kita adaptasi dari obat. Kalau obat sudah aturannya begitu. Kosmetik sebetulnya belum ada. Tapi karena kosmetik salah satu produk kesediaan farmasi, kita adaptasi dari situ," papar Bayu.

Terakhir, Hilda mengatakan bahwa menyimpan produk dalam pendingin memang tak masalah bagi sebuah produk. Sebab, produk juga telah melewati uji coba di suhu tersebut. Akan tetapi, Hilda menyarankan konsumen agar menyimpan produk di suhu ruangan 25 sampai 30 derajat saja.

"Kita ini melakukan stabilitasnya merepresentatifkan kira-kira konsumen akan menyimpan di mana saja kemungkinannya. Dari jemur, sampai simpan di freezer. Tapi sebaiknya kita rekomendasikan untuk simpan di suhu ruang ya 25 sampai 30 derajat," pungkas Hilda.

Baca: Konsumen Perlu Kritis Pilih Produk Perawatan Kulit dengan Bahan Alami

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."