Mengurangi Kebiasaan Duduk Lama Bisa Mencegah Stroke, Menurut Studi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita duduk bekerja. Freepik.com/Lookstudio

Ilustrasi wanita duduk bekerja. Freepik.com/Lookstudio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kebiasaan duduk terlalu sering menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan penyakit kronis lainnya, termasuk depresi. Selain itu, sebuah studi baru dari San Diego State University, yang diterbitkan dalam JAMA Network Open, menemukan bahwa mengurangi kebiasaan duduk dan melakukan aktivitas harian dengan intensitas yang lebih ringan seperti pekerjaan rumah tangga dapat secara signifikan mengurangi risiko stroke.

"Aktivitas fisik intensitas ringan dapat mencakup menyedot debu, menyapu lantai, mencuci mobil, berjalan-jalan santai, meregangkan tubuh, atau bermain lempar tangkap," kata Steven Hooker, dekan Sekolah Tinggi Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan SDSU dan peneliti utama studi kohort dilansir dari Medical Xpress..

"Kami mengamati bahwa aktivitas fisik dan tidak banyak bergerak secara independen memengaruhi risiko stroke. Penelitian kami menunjukkan bahwa strategi pencegahan stroke harus fokus pada keduanya."

Hooker dan rekan penelitiannya mengukur baik jumlah waktu peserta yang tidak banyak bergerak maupun durasi dan intensitas aktivitas fisik pada 7.600 orang dewasa berusia 45 tahun ke atas dan kemudian membandingkan data tersebut dengan kejadian stroke pada peserta di atas tujuh tahun. Mereka menemukan mereka yang tidak bergerak selama 13 jam atau lebih dalam sehari memiliki 44 persen peningkatan risiko terkena stroke.

"Temuan ini lebih kuat karena aktivitas dan perilaku menetap diukur dengan akselerometer, memberikan data yang jauh lebih akurat daripada penelitian sebelumnya yang mengandalkan pengukuran yang dilaporkan sendiri," kata Hooker, mantan koordinator California Active Aging Project. penelitian gaya hidup sehat untuk orang dewasa yang lebih tua.

Peserta penelitian mengenakan akselerometer yang dipasang di pinggul, detektor gerakan sensitif yang secara tepat merekam aktivitas fisik dan durasi duduk dan tidak aktif. Meskipun smartphone dan jam tangan pintar dengan gagah berani berusaha memotivasi orang Amerika untuk bergerak lebih banyak, persentase mengejutkan dari orang dewasa tidak cukup berolahraga. CDC melaporkan hanya 23 persen orang dewasa AS yang memenuhi rekomendasi mingguan untuk aktivitas aerobik dan penguatan

Namun, jika 10.000 langkah sehari atau menutup cincin olahraga di jam tangan Anda tampaknya tidak terjangkau, Hooker mengatakan bahwa bangun dan melakukan aktivitas fisik ringan hingga sedang selama sepuluh menit beberapa kali sepanjang hari adalah strategi yang efektif dalam mengurangi kemungkinan terkena stroke. "Untuk kesehatan jantung dan otak secara keseluruhan, lebih banyak bergerak sesuai kapasitas Anda, dan kurangi duduk," kata Hooker.

Baca: Aritmia Bisa Tingkatkan Risiko Stroke 5 Kali Lipat, Kenali Gejalanya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."