Maudy Ayunda Ungkap Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celcius, Ini Dampaknya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Maudy Ayunda. Foto: Instagram/@maudyayunda

Maudy Ayunda. Foto: Instagram/@maudyayunda

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda, mengungkapkan suhu bumi diprediksi mengalami kenaikan hingga 1.5 derajat Celcius selama lima tahun ke depan. Salah satu dampak kenaikan suhu bumi ini adalah munculnya banyak penyakit baru.

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyebutkan perubahan iklim ancaman terbesar kesehatan global di abad 21," kata Maudy dalam Konferensi Pers Presidensi G20 Indonesia pada Kamis, 12 Mei 2022.

Lebih lanjut, Maudy mengungkapkan pentingnya mengatasi ancaman serius suhu bumi ini secara bersama-sama. Oleh karena itu, salah satu isu prioritas Presidensi G20 Indonesia adalah transisi energi sebab sektor tersebut merupakan kontributor perubahan iklim paling dominan.

Sebetulnya apa yang menyebabkan kenaikan suhu bumi dan apa bahaya yang dapat ditimbulkan?

Penyebab Kenaikan Suhu Bumi

Kenaikan suhu bumi terjadi karena meningkatnya emisi gas rumah kaca. Dilansir dari laman United Nation, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca tersebut disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia, seperti :

Penggunaan energi

Sektor energi merupakan penyumbang terbesar emisi global. Saat ini, sebagian besar listrik masih dihasilkan dari batu bara, minyak, atau gas yang menghasilkan karbon dioksida dan nitrous oxide, yakni gas rumah kaca kuat yang menyelimuti bumi dan menjebak panas matahari.

Kegiatan industri

Industri manufaktur juga menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Mesin yang digunakan dalam proses manufaktur sering menggunakan batu bara, minyak, atau gas, dan beberapa bahan seperti plastik terbuat dari bahan kimia yang bersumber dari bahan bakar fosil

Penebangan pohon

Penebangan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan atau alasan lain dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca karena pohon yang ditebang akan melepaskan karbon yang telah mereka simpan.

Setiap tahun, sekitar 12 juta pohon ditebang. Karena hutan menyerap karbon dioksida, menghancurkannya juga membatasi kemampuan alam untuk menjaga emisi dari atmosfer. Deforestasi, bersama dengan perubahan penggunaan lahan, bertanggung jawab atas seperempat emisi gas rumah kaca global.

Penggunaan alat transportasi

Sebagian besar alat transportasi, termasuk kendaraan darat, kapal, dan pesawat masih menggunakan bahan bakar fosil. Akibatnya, transportasi menyumbang hampir semperempat dari emisi karbondioksida terkait energi global.

Produksi makanan

Produksi makanan dapat meningkatkan produksi gas rumah kaca dalam berbagai cara, termasuk melalui penggundulan hutan dan pembukaan lahan untuk pertanian dan penggembalaan, ternak sapi dan domba, produksi dan penggunaan pupuk untuk menanam tanaman, hingga penggunaan bahan bakar fosil untuk menjalankan peralatan pertanian atau kapal peangkap ikan. Semua ini membuat produksi pangam menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim.

Penggunaan alat elektronik

Peningkatan pemanfaatan energi untuk pemanasan dan pendinginan, termasuk dengan meningkatnya penggunaan alat elektronik seperti AC, lampu, setrika, televisi, dan lain sebagainya telah berkontribusi pada peningkatan karbon dioksida dalam beberapa tahun terakhir.

Konsumsi yang berlebihan

Gaya hidup kita, termasuk apa yang kita makan, bagaimana kita bergerak, hingga penggunaan daya di rumah dapat berkontribusi pada emisi gas rumah kaca. Begitu juga dengan konsumsi barang-barang seperti pakaian, alat elektronik, dan plastik.

Orang terkaya menanggung tanggung jawab terbesar. Satu persen orang terkaya di dunia dari populasi global menyumbang lebih banyak emisi gas rumah kaca daripada 50 persen populasi termiskin.

Bahaya Kenaikan Suhu Bumi

Dengan meningkatnya suhu global dan pencairan lapisan es, banyak kota pesisir menghadapi risiko banjir yang semakin besar karena kenaikan permukaan laut, dan rata-rata permukaan laut global yang naik sebesar 3,3 milimeter per tahun, dan di tengah tanda-tanda bahwa badai hujan semakin intens saat atmosfer memanas. Foto : NASA

Melansir Reuters, peningkatan suhu bumi hingga 1,5 derajat Celcius dapat memperburuk perubahan cuaca ekstrem yang belakangan ini sudah sering terjadi.

“Untuk setiap kenaikan pemanasan global, perubahan ekstrem menjadi lebih besar," kata ilmuwan iklim Sonia Seneviratne di ETH Zurich.

Misalnya, gelombang panas akan menjadi lebih sering dan lebih parah. Peristiwa panas ekstrem yang terjadi sekali per dekade dalam iklim tanpa pengaruh manusia, akan terjadi 4,1 kali dalam satu dekade pada peningkatan suhu bumi sebesar 1,5 derajat Celcius.

Atmosfer yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak kelembapan, sehingga menghasilkan curah hujan yang lebih ekstrem yang meningkatkan risiko banjir. Ini juga meningkatkan penguapan yang dapat menyebabkan kekeringan.

Kenaikan suhu bumi akan meningkatkan kenaikan permukaan laut, mengikis garis pantai, dan menggenangi beberapa pulau kecil dan kota-kota pesisir. Pemanasan 1,5 derajat Celcius juga akan menghancurkan setidaknya 70 persen terumbu karang.

Ketika temperatur bumi lebih hangat, nyamuk pembawa penyakit seperti malaria dan demam berdarah menjangkau daerah yang lebih luas. Selain itu, dampak lain kenaikan suhu bumi adalah hilangnya habitat banyak satwa liar.

Baca: Ketika Maudy Ayunda Bicara Soal Passion, Butuh Proses Berpikir yang Lama

SITI NUR RAHMAWATI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."