Dian Sastro Kenang Lokasi Syuting Film Pasir Berbisik, Tempat Kembali

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Dian Sastrowardoyo mengenang awal mula menjadi aktris melalui lokasi syuting Film Pasir Berbisik/Instagram @therealdisastr

Dian Sastrowardoyo mengenang awal mula menjadi aktris melalui lokasi syuting Film Pasir Berbisik/Instagram @therealdisastr

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Dian Sastrowardoyo alias Dian Sastro kenang lokasi syuting film Pasir Berbisik di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Ia seolah pulang ketika ke daerah itu. Bagi Dian Sastro, lokasi itu telah membentuk dirinya menjadi seperti ini. "This place has shaped who I am and maybe even the actor that I am today (Tempat ini telah membentuk pribadi saya, dan mungkin juga diri saya sebagai aktris seperti saat ini)," katanya pada unggahan Instagram 22 Maret 2022.

Dian Sastro, yang berperan sebagai Daya, bermain bersama aktris Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Didi Petet di film itu. Film Pasir Berbisik ini pertama kali dirilis pada 13 November 2001. Berkisah tentang gadis muda yang tinggal bersama ibunya di suatu perkampungan miskin dekat pantai. Daya yang ditinggal ayahnya sejak kecil, membuat ibunya menjadi protektif dalam menjaganya.

Daya yang terkungkung dalam lingkungan sosial akibat sikap protektif ibunya kerap menelungkupkan diri ke tanah berpasir dan beranggapan bahwa pasir tersebut berbisik kepadanya. Saat menelungkupkan diri ke pasir, Daya kerap membayangkan kehadiran ayahnya yang bisa membawanya kabur dari ibunya. Pose tersebut sama dengan potret yang dibagikan oleh Dian Sastro pada slide terakhir dalam unggahan Instagram itu.

Dian Sastro mengenang kegiatan syuting lebih dari dua dekade lalu. Kala itu, ia merasa takut, kesepian dan sangat ingin kembali ke zona nyamannya, di kota. Namun ia tetap menjalani program syuting itu hingga prosesnya selesai. "Yet I found myself ended up living here and work for a month in the production of the film Pasir Berbisik or Whispering Sands (2000). (saya mendapati diri saya akhirnya tinggal di sini dan bekerja selama sebulan dalam produksi film Pasir Berbisik (2000)," tulisnya.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjadi saksi bisu Dian Sastro yang masih sangat muda. Di tempat itu, Dian Sastro menantang dirinya untuk melakukan hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, serta tidak tahu bagaimana caranya. "Which was acting. (yaitu kegiatan berakting)," katanya.

Di tempat itu pula Dian Sastro mulai memahami betapa kecil dirinya di mata alam. Tebing-tebing tinggi membuat manusia harus mematuhi kekuatan alam serta berbagai perubahan cuaca yang mudah terjadi. Kabut datang dan pergi hanya dalam beberapa menit bahkan detik. Suhu udara di daerah itu pun berubah ke kondisi yang sangat tidak terduga mencoba memeluk manusia.

Menurut Dian Sastro, tempat tersebut benar-benar tahu bagaimana memisahkan manusia dengan berbagai atribusi duniawinya. "Di sini saya menyadari bahwa saya bukan apa-apa dan saya bukan siapa-siapa. Tempat ini memaksa kamu untuk bertemu dengan dirimu yang sebenarnya. Bukan siapa-siapa."

Meskipun begitu, tempat itulah yang mengajarinya bahwa seseorang selalu dapat menemukan keluarga baru di tempat dan penuh dengan orang asing. Karena sejatinya senyum dan tindakan kebaikan adalah mata uang alami untuk kelangsungan hidup manusia. "Dan bahwa dunia ini penuh dengan orang-orang baik, setidaknya lebih dari yang diajarkan orang tuamu."

Dian Sastro juga mengungkapkan keberanian dari para produser wanita untuk mengambil kesempatan memproduksi sebuah film. "Back in those days, some women producers and film makers like @shantyharmayn and Nan T. Achnas were yet still ballsy enough to take their chances to shoot here and make a movie anyway. (Dulu, beberapa produser dan pembuat film wanita seperti @shantyharmayn dan Nan T. Achnas masih berani mengambil kesempatan untuk syuting di sini dan membuat film)," tulisnya.

Bagi Dian Sastro, mengunjungi lokasi syuting film Pasir Berbisik setelah 22 tahun berlalu membuatnya merasa seperti kembali ke rumah. "Pulang. To the land that catapult the process of becoming the adult version of me, I salute you. Thank you for all the valuable lessons, I am so grateful to be welcomed here. Thank you, thank you, thank you. (Untuk negeri yang memnbantu proses menjadi diriku versi dewasa, aku menghargaimu. Terima kasih untuk semua pelajaran berharga, saya sangat bersyukur bisa diterima disini. Terima kasih, terima kasih, terima kasih)," kata Dian Sastro.

DIAH RETNO ANDANI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."