Barbie Rilis 12 Boneka Perempuan Panutan di Dunia, Butet Manurung Salah Satunya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Barbie rilis boneka Batut Manurung, pelopor pendidikan alternatif untuk masyarakat adat dan pendiri Sokola Rimba. Foto: Instagram/@butet_manurung

Barbie rilis boneka Batut Manurung, pelopor pendidikan alternatif untuk masyarakat adat dan pendiri Sokola Rimba. Foto: Instagram/@butet_manurung

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagai bagian dari perayaan Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret, Barbie merilis 12 boneka perempuan panutan dari seluruh dunia. Para wanita pilihan Barbie itu dari berbagai industri seperti pendidikan, kesehatan, teknologi, hiburan, dan lainnya. Butet Manurung, aktivis sosial, antropolog, pelopor pendidikan alternatif untuk masyarakat adat, dan pendiri Sokola Rimba termasuk 12 perempuan inspiratif pilihan perusahaan Amerika Serikat, Mattel yang memproduksi Barbie sejak Maret 1959.

Boneka Butet tampak memakai atasan model kemben motif batik warna merah dipadu dengan kain hitam yang juga corak batik. Boneka tersebut juga memakai kalung etnik warna gelap yang menjadi ciri khas penampilan Butet. Rambutnya ditata ala bun yang juga tatanan rambut ikal Butet, selain digerai dan dikuncir ke belakang. 

Dalam akun Instagram-nya, Butet pun berbagi kebahagiaan. "Saya merasa tersanjung dengan terpilihnya menjadi salah satu dari 12 Model Peran Global Barbie dan mewakili multikulturalisme Indonesia," tulisnya di Instagram tujuh jam lalu.

"Harapan saya kepada semua gadis muda untuk percaya pada diri mereka sendiri, bahwa Anda Bisa Menjadi Apa Pun yang Anda impikan, apa pun.. mengutip Paulo Cuelho, “ketika Anda menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta berkonspirasi untuk membantu Anda mencapainya”," ungkapnya.

Di kolom komentar unggahan tersebut, warganet dan kerabatnya meninggalkan ucapan selamat dan bangga kepada perempuan berusia 50 tahun itu.

Sementara itu, di akun Instagram resminya, Barbie mengungkapkan dirilisnya 12 boneka perempuan panutan di dunia ini untuk menginspirasi para gadis berani bermimpi bear.

"Sebagai pemimpin di masing-masing industri teknologi, kesehatan, STEM, pendidikan, dan lainnya, kami melanjutkan komitmen kami untuk menutup Celah Impian dengan menginspirasi gadis-gadis di seluruh dunia untuk bermimpi besar dan mengingatkan mereka bahwa mereka bisa menjadi apa saja. #Kamu Bisa Menjadi Apa Saja," bunyi pesan yang dibagikan ke Instagram, Kamis, 3 Maret 2022.

Gagasan terbaru ini mengikuti peluncuran dari kampanye "Dream Gap Project" Barbie pada 2018, yang berasal dari penelitian Universitas New York yang didanai Mattel, yang menemukan bahwa gadis-gadis muda cenderung tidak mengangkat tangan mereka untuk posisi kepemimpinan.

Namun, setelah mereka bermain dengan boneka model peran perempuan, baik anak perempuan maupun anak laki-laki lebih cenderung menjadi sukarelawan untuk memimpin kegiatan kelompok.

"Kami tahu bahwa anak-anak terinspirasi oleh apa yang mereka lihat di sekitar mereka, itulah sebabnya mengapa sangat penting bagi gadis-gadis muda untuk melihat diri mereka tercermin dalam panutan yang telah dengan berani melewati rintangan dan mengatasi Dream Gap untuk menjadi wanita pemberani seperti sekarang ini," ujar Lisa McKnight, wakil presiden senior dan kepala Barbie global dan Boneka di Mattel dikutip dari Variety.

"Pada Hari Perempuan Internasional tahun ini, kami bangga untuk menghormati 12 wanita perintis global untuk membantu memberdayakan generasi pemimpin wanita berikutnya dengan membagikan kisah mereka," lanjutnya.

Selain Butet Manurung, 11 perempuan panutan lainnya yang dibuatkan bonekanya adalah Shonda Rimes, Ari Horie, Pat McGrath, Melissa Sariffodeen, Adriana Azuara, Doani Emanuela Bertain, Jane Martino, Lan Yu, Sonia Peronaci, Tijen Onaran, dan Lena Mahfouf.

Baca juga: Jadi Pembicara di Pesantren, Butet Manurung: Tegang dan Khawatir Kerudung Lepas

INSTAGRAM | ANTARA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."