Sejarah Hari Ibu di Indonesia yang Penuh Gelora, Ini Bedanya dengan Mother's Day

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi perempuan tersenyum. fullhdpictures.com

Ilustrasi perempuan tersenyum. fullhdpictures.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap bulan Desember, kerap terjadi pengulangan perdebatan apa yang disebut Hari Ibu atau Hari Perempuan. Kita sepertinya perlu mengecek kembali konteks sejarah ataupun makna kata ibu.

Sejarah mencatat bahwa Hari Ibu lahir dari peristiwa perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib perempuan yang dikeluarkan melalui Dekrit Presiden Sukarno pada 22 Desember 1959 untuk mengenang digelarnya Kongres pertama pada 1928 di Yogyakarta.

Kongres yang dihadiri seribu orang itu mendeklarasikan perjuangan melawan kolonialisme, memikirkan konsep negara-bangsa, dan merupakan titik tolak Era Kebangkitan Nasional. Peran penting inilah yang sering dilupakan oleh sejarah bangsa dan generasi berikutnya.

Banyak yang menyangka peringatan Mother's Day atau Hari Ibu Internasional atau Hari Ibu Sedunia, sama dengan Hari Ibu di Indonesia. Padahal, Hari Ibu jatuh pada 22 Desember sementara Mother's Day dirayakan pada Ahad kedua bulan Mei. Berarti Mother's Day tahun ini jatuh pada 10 Mei.

Sejatinya, perayaan Mother's Day atau Hari Ibu Sedunia sama dengan Hari Ibu di Indonesia, namun Mother's Day dirayakan oleh negara-negara Barat dari Amerika Serikat, Kanada, mayoritas Eropa, Australia hingga Selandia Baru.

Perayaannya sama, sebagai tanda terima kasih kepada dari anak kepada ibu. Namun, sejarahnya memiliki spektrum lebih luas dari sekadar kasih anak ke ibu: emansipasi perempuan.

Pejuang hak perempuan dan penulis Julia Ward Howe pertama kali menyarankan gagasan Mother's Day di Amerika Serikat pada tahun 1872.

Dikutip dari CNN, 11 Mei 2020, Howe adalah seorang pasifis dan melihat liburan sebagai kesempatan untuk menyatukan perempuan dan menggalang perdamaian. Selama beberapa tahun, dia mengadakan pertemuan Mother's Day tahunan di Boston.

Adalah aktivis West Virginia Anna Jarvis yang dikreditkan dengan menciptakan liburan Mother's Day yang dirayakan sampai hari ini.

Pada tahun 1908, Jarvis berkampanye untuk peringatan nasional liburan untuk menghormati ibunya, yang merupakan advokat kesehatan masyarakat. Ibunya telah menyelenggarakan beberapa Mother's Day Work Clubs yang membahas masalah pengasuhan anak dan kesehatan masyarakat, dan Jarvis ingin mengenangnya dan pekerjaan semua ibu.

Anna Marie Jarvis.[Wikimedia Commons]

Namun, Jarvis kemudian menjadi kecewa dengan bagaimana perusahaan bunga dan kartu ucapan mengkomersilkan liburan dan mengatakan dia menyesal memulainya.

Mother's Day menjadi hari libur resmi AS pada tahun 1914 ketika Presiden Woodrow Wilson memproklamasikan hari Minggu kedua di bulan Mei sebagai hari "ekspresi publik atas cinta dan hormat kami kepada para ibu di negara kami."

Laman History mengulas Mother's Day lebih jauh lagi. Perayaan tentang ibu dilacak pada Yunani kuno dan Romawi, yang menggelar ritual untuk menghormati Ibunda Dewi Rhea dan Cybele. Tetapi perayaan sekuler Mother's Day dimulai sejak festival Kristen awal yang dikenal sebagai "Mothering Sunday."

Dahulu Mothering Sunday merupakan tradisi utama di Britania Raya dan beberapa bagian Eropa, perayaan ini jatuh pada hari Minggu keempat di pra-Paskah dan pada awalnya dilihat sebagai masa ketika umat Kristen akan kembali ke "gereja induk" mereka atau gereja utama di sekitar rumah mereka untuk ibadah.

Seiring berjalan waktu tradisi Mothering Sunday bergeser ke liburan yang lebih sekuler sampai dicetuskan oleh Julia Ward Howe.

Tradisi Mother's Day adalah mengirim kartu dan memberikan hadiah atau bunga

Tahun ini, pengeluaran Mother's Day diperkirakan mencapai US$ 26,7 miliar (Rp 398 triliun), kata National Retail Federation. Orang-orang diperkirakan menghabiskan rata-rata US$ 204,74 atau Rp 3 juta untuk berterima kasih kepada ibu mereka.

Jadi pada hari Minggu kedua di bulan Mei, Mother's Day, giliran para ibu yang harus dimanjakan. Mother's Day dulu ditafsirkan secara konservatif untuk berterima kasih kepada ibu yang sudah bekerja keras untuk mengasuh dan memelihara keluarga.

Perayaan Hari Ibu Internasional kini dimaknai lebih luas dan bukan hanya ibu dalam pengertian yang sederhana, tetapi Mother's Day juga menghormati kontribusi perempuan yang telah memelihara masyarakat mereka, negara mereka, dan dunia yang lebih besar.

Kembali ke semangat dan sejarah Hari Ibu di Indonesia, semoga penghargaan terhadap kaum ibu berarti membebaskan perempuan dari berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual. Sebab, realitasnya hingga kini para istri dan ibu belum terbebaskan dari kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga dan publik.

Selamat Hari Ibu untuk semua perempuan Indonesia.

Baca: Yuk Hapus Stigma dengan Mengenal Disabilitas di Hari Ibu

EKA YUDHA SAPUTRA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."