Menjaga Kesehatan Penyandang Diabetes di Masa Pandemi, Minum Saja Tak Cukup

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi diabetes. Freepik.com

Ilustrasi diabetes. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pasien diabetes di Indonesia terus meningkat. Hal itu terlihat dari Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional. Pada 2007 persentase penyandang diabetes sebesar 5,7 persen. Jumlah itu pun meningkat menjadi 6,9 persen pada 2013. Lima tahun kemudian, angka itu naik terus menjadi 10,9 persen. Apabila penduduk Indonesia berjumlah 250 juta berarti ada sekitar 25 juta penduduk Indonesia yang mengalami diabetes atau yang biasa disebut diabetesi.

Data juga menyebutkan bahwa proporsi diabetes usia muda di Asia Tenggara lebih tinggi dibandingkan wilayah lain. Di Asia Tenggara didominasi usia paruh baya (40—59 tahun) diikuti usia muda (20—39 tahun). Berbeda dengan di Eropa yang didominasi penduduk usia tua (60—79 tahun). Gambaran klinis pada pasien diabetes melitus di bawah usia 40 tahun di Asia menunjukkan banyak di tipe 2. Kasus ini sering diawali dengan kegemukan serta 80 persen adalah riwayat keluarga.

Ilustrasi diabetes. Freepik.com

Yang menjadi masalah dalam diabetes adalah komplikasinya. Penyandang diabetes bisa mengalami stroke, penyakit kardiovaskular, neuropati diabetik, gangguan ginjal, dan gangguan mata. "Diabetes tipe 2 pada usia muda menimbulkan komplikasi yang lebih agresif, komplikasi pada pembuluh darah kecil dan besar lebih cepat timbulnya, berkurangnya usia harapan hidup, mortalitas lebih nyata dibandingkan populasi umum, mortalitas lebih nyata dibandingkan tipe 1, dan komplikasi pembuluh darah besar lebih lebih nyata dibandingkan tipe 1,” kata dokter spesialis penyakit dalam di Good Doctor Rulli Rosandi dalam keterangan pers yang diterima Cantika pada awal Desember 2021.

Rulli mengatakan luka diabetes paling sering terjadi di kaki. Diabetes paling sering mengenai serabut saraf tipe panjang di bagian kaki. Kulit kaki orang diabetes sering kali kering karena terjadi gangguan saraf otonom yang mengeluarkan keringat. Karena keringatnya tidak keluar, kulit menjadi pecah-pecah sehingga apabila tidak dirawat dengan diberi pelembap dapat menjadi pintu masuk untuk kuman. "Kemudian, kuman berkembang banyak sehingga mulailah luka diabetes. Pengobatannya tergantung tipe lukanya. Jadi, kalau ada luka harus dirawat agar tidak tambah naik," kata Rulli.

Dilansir dari gooddoctor.co.id, sebuah publikasi dari American Diabetes Association tahun 2018 mencatat bagaimana diabetes bertanggung jawab terhadap 50 persen kasus amputasi di Amerika Serikat.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."