Lebih dari Sekadar Busana, Inilah Makna Kebaya dalam Film Losmen Bu Broto

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Poster film Losmen Bu Broto. Kredit foto: Paragon Pictures

Poster film Losmen Bu Broto. Kredit foto: Paragon Pictures

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Film Losmen Bu Broto masih tayang di bioskop seluruh Indonesia sejak 18 November 2021. Salah satu adegan dibuka dibuka dengan suasana hangat kekeluargaan di Losmen yang dikelola oleh Bu Broto (Maudy Koesnaedi), Pak Broto (Mathias Muchus), dan ketiga anaknya yang bernama Pur (Putri Marino), Sri (Maudy Ayunda), dan Tarjo (Baskara Mahendra).

Sampai akhirnya, sebuah masalah besar menimbulkan perpecahan, memperbesar bibit konflik yang sudah lama tertanam antara Bu Broto, Pur, dan Sri. Pak Broto terhimpit di tengah dan Tarjo yang juga harus menghadapi masalahnya sendiri. Nantinya, penonton akan melihat bagaimana keluarga ini mampu mengatasi masalah untuk bisa bersatu kembali.

"Lewat film Losmen Bu Broto, selain nostalgia, kita menampilkan konflik keluarga di masa sekarang dengan peran perempuan yang kuat dan dilema yang dihadapinya. Para perempuan di film ini, Bu Broto, Mbak Pur dan Jeng Sri menjadi topik sentral, hal ini tentunya menjadi sangat relevan dengan yang terjadi di masyarakat Indonesia," ujar Andi Boediman, selaku Produser Losmen Bu Broto.

Para pemeran film Losmen Bu Broto tampil serasi mengenakan kebaya/Foto: Instagram/Losmen Bu Broto

Menariknya, tidak hanya konflik keluarga dan bagaimana jalan menyelesaikannya yang disuguhkan, tetapi juga busana kebaya yang dikenakan oleh para pemeran perempuan, seperti Maudy Koesnaedi, Putri Marino, dan Maudy Ayunda.

Seperti disampaikan oleh Founder Komunitas Diajeng Semarang (KDS), Maya Dewi yang mengapresiasi cukup tinggi untuk film Losmen Bu Broto. "Lebih dari pengamatan secara visual yang sarat budaya maupun moral value yang dibawa. Namun juga memposisikan kebaya lebih dari sekadar busana yakni sebagai simbol dan identitas perempuan Indonesia," ungkap Maya saat dihubungi melalui pesan instan, Rabu 8 Desember 2021.

Terlebih, saat ini KDS memang fokus pada beberapa acara yang terkait dengan budaya, seperti acara gowes berkebaya beberapa waktu lalu. Rasanya semakin meneguhkan visi misi komunitas yang memiliki fokus sebagai penguatan simbol budaya.

Lebih lanjut, Maya mengatakan jika kekuatan pada film ini justru pada kebaya, oleh sang sutradara yang bekerja sama dengan Hagai Pakan, mereka mampu mengelaborasi eksistensi kebaya justru makin memperkuat masing-masing karakter tokohnya. "Posisi kebaya sentral sekali, tidak hanya atribut, tetapi juga simbol budaya dan kearifan lokal di Indonesia."

Hal itu juga disampaikan oleh Hagai Pakan di laman Instagramnya jika ia senang sekali bisa menyajikan kebaya dan kain batik dalam sebuah karya film. "@losmenbubroto memberi saya ruang untuk bermain dengan ragam kebaya yang turut mewarnai rasa para perempuan keluarga Broto. Sangat bersyukur mendapat dukungan dari Batik Cahyo Pekalongan untuk tampilan maksimal Bu Broto (terima kasih bu @herlindahalim) dan @lemarilila yang membuat Jeng Sri dan Mba Pur semakin manis," tulisnya.

Karakter Maudy Koesnaedi sebagai ibu direpresentasikan dengan model kebaya kutubaru warna bold/Foto: Instagram/Losmen Bu Broto

Kekuatan kebaya yang mengambil posisi sentral, menurut Maya juga terlihat dari perbedaan detail kebaya yang kenakan para pemain perempuan. Misalnya Maudy Koesnaedi sebagai ibu yang punya karakter tegas, keras, dominan, elegan, bermartabat, direpresentasikan model kebaya kutubaru warna bold yang sesuai ukuran tubuhnya atau body fit dan dipadukan dengan tingkeban.

Sementara Maudy Ayunda model kebayanya yang sudah dimodifikasi kekinian berupa lengan pendek, warna lebih eye catching, dan sesuai dengan karakter Jeng Sri yang lebih spontan dan cheerful sebagai representasi dari generasi milenial.

Maudy Ayunda mengenakan model kebaya yang sudah dimodifikasi lebih milenial dan kekinian/Foto: Instagram/Losmen Bu Broto

Lalu kebaya yang dikenakan Putri Marino modelnya berlengan panjang, tetapi coraknya lebih muda dan ada motif lurik juga. "Nah kayaknya menyesuaikan karakter dia yang agak suram karena digambarkan sedang patah hati," seloroh Maya. 

Putri Marino berperan sebagai kakak tampil anggun dalam kebaya berwarna terang/Foto: Instagram/Losmen Bu Broto

Secara garis besar, menurut Maya, film besutan Ifa Ifansyah ini mampu mengedukasi secara visual dari kebaya yang dikenakan oleh para pemainnya, seolah menyampaikan pesan kalau kebaya juga bisa dipakai berbagai kalangan.

Baca: Maudy Koesnaedi Anggun Pakai Kain Batik di Gala Premier Film Losmen Bu Broto

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."