Sejarah Hari AIDS Sedunia, Dicetuskan oleh Dua Pejabat WHO pada 1987

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ribuan peserta membentuk formasi Pita Merah saat pemecahan rekor MURI di Lapangan Gasibu, Bandung, Sabtu, 30 Desember 2019. Sebanyak empat ribu orang dari berbagai elemen masyarakat mencatatkan rekor formasi Pita Merah terbesar di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu bentuk solidaritas bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) sekaligus menyambut Hari AIDS Sedunia. ANTARA/Raisan Al Farisi

Ribuan peserta membentuk formasi Pita Merah saat pemecahan rekor MURI di Lapangan Gasibu, Bandung, Sabtu, 30 Desember 2019. Sebanyak empat ribu orang dari berbagai elemen masyarakat mencatatkan rekor formasi Pita Merah terbesar di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu bentuk solidaritas bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) sekaligus menyambut Hari AIDS Sedunia. ANTARA/Raisan Al Farisi

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember. Momen ini diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu, mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia.

Hari AIDS Sedunia dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Geneva, Swiss. Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Pgoram AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988.

Bunn merasa bahwa karena 1988 adalah tahun pemilihan umum di Amerika Serikat, penerbitan media akan kelelahan dengan liputan pasca-pemilu mereka dan bersemangat untuk mencari cerita baru untuk mereka liput. Bunn dan Netter merasa bahwa 1 Desember cukup lama setelah pemilu dan cukup dekat dengan libur Natal sehingga, pada dasarnya, tanggal itu adalah tanggal mati dalam kalender berita dan dengan demikian waktu yang tepat untuk Hari AIDS Sedunia.

Bunn, yang sebelumnya bekerja sebagai reporter yang meliput epidemi ini untuk PIX-TV di San Francisco, memikirkan dan memulai "AIDS Lifeline" ("Tali Nyawa AIDS") - sebuah kampanye penyadaran masyarakat dan pendidikan kesehatan yang disindikasikan ke berbagai stasiun TV di AS. "AIDS Lifeline" memperoleh Penghargaan Peabody, sebuah Emmy lokal, dan Emmy Nasional pertama yang pernah diberikan kepada sebuah stasiun lokal di AS.

Pada 18 Juni 1996, sebuah proyek "AIDS Lifeline" memperoleh penghargaan "Presidential Citation for Private Sector Initiatives", yang diserahkan oleh Presiden Ronald Reagan. Bunn kemudian diminta oleh Dr. Mann, atas nama pemerintah Amerika Serikat, untuk mengambil cuti dua tahun dari tugas-tugas pelaporannya untuk bergabung dengan Dr. Mann (seorang epidemolog untuk Pusat Pengendalian Penyakit) dan membantu untuk menciptakan Program AIDS Global.

Bunn menerimanya dan diangkat sebagai Petugas Informasi Umum pertama untuk Pgoram AIDS Global. Bersama-sama dengan Netter, ia menciptakan, merancang, dan mengimplementasikan peringatan Hari AIDS Sednia pertama kini inisiatif kesadaran dan pencegahan penyakit yang paling lama berlangsung dalam jenisnya dalam sejarah kesehatan masyarakat.)

Mengutip UNAIDS.org, pada hari AIDS Sedunia tahun ini, UNAIDS menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengakhiri ketidaksetaraan yang mendorong AIDS dan pandemi lainnya di seluruh dunia.

Menurut UNAIDS, tanpa tindakan tegas terhadap ketidaksetaraan, dunia berisiko kehilangan target untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030, serta pandemi COVID-19 yang berkepanjangan dan krisis sosial dan ekonomi yang meningkat.

Empat puluh tahun sejak kasus AIDS pertama dilaporkan, HIV masih mengancam dunia. Saat ini, dunia berada di luar jalur untuk mewujudkan komitmen bersama untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030 bukan karena kurangnya pengetahuan atau alat untuk mengalahkan AIDS, tetapi karena ketidaksetaraan struktural yang menghalangi solusi yang terbukti untuk pencegahan dan pengobatan HIV.

Ketimpangan ekonomi, sosial, budaya dan hukum harus diakhiri sebagai hal yang mendesak jika kita ingin mengakhiri AIDS pada tahun 2030. Meskipun ada persepsi bahwa masa krisis bukanlah waktu yang tepat untuk memprioritaskan penanganan ketidakadilan sosial yang mendasarinya, jelas bahwa tanpa hal itu krisis tidak dapat diatasi.

Mengatasi ketidaksetaraan adalah janji global yang sudah berlangsung lama, yang urgensinya semakin meningkat. Pada tahun 2015, semua negara berjanji untuk mengurangi ketidaksetaraan di dalam dan antar negara sebagai bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Strategi AIDS Global 2021–2026: Akhiri Ketimpangan, Akhiri AIDS dan Deklarasi Politik tentang AIDS yang diadopsi pada Pertemuan Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2021 tentang AIDS telah mengakhiri ketidaksetaraan pada intinya.

Selain menjadi pusat untuk mengakhiri AIDS, mengatasi ketidaksetaraan akan memajukan hak asasi manusia dari populasi kunci dan orang yang hidup dengan HIV, membuat masyarakat lebih siap untuk mengalahkan COVID-19 dan pandemi lainnya serta mendukung pemulihan dan stabilitas ekonomi. 

Baca juga: Hari AIDS Sedunia, Pengidap HIV Lebih Rentan Terinfeksi Covid Varian Omicron

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."