Kamu Lebih Suka Leker atau Crepes? Ternyata Kedua Camilan Ini Berbeda

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Banana Chocolate Crepes. Foto: Unsplash/Delaney Van

Banana Chocolate Crepes. Foto: Unsplash/Delaney Van

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Selain makanan utama, camilan telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Rasanya, ada yang kurang lengkap dari keseharian kita apabila tidak mengonsumsi ragam camilan lezat yang tersedia di berbagai gerai maupun layanan pesan antar makanan daring.

Camilan yang menjadi favorit masyarakat Indonesia adalah crepes dan kue leker. Kedua camilan lezat ini kerap sulit dibedakan karena memiliki banyak kesamaan. Meskipun begitu, ternyata keduanya memiliki beberapa perbedaan signifikan.

Berikut bedanya, dikutip dari siaran resmi Crepe Signature.

Sejarah dan negara asal

Seperti namanya yang kebarat-baratan, crepes memang berasal dari Eropa sejak abad-13, tepatnya dari Bretagne, sebuah wilayah di Prancis bagian barat. Dari situ, konsumsi crepes meluas ke seluruh dunia. Istilah crepes sendiri berasal dari bahasa latin “crispa” yang berarti keriting. Belakangan, istilah crepes sering merujuk pada pancake kering dan tipis.

Di sisi lain, kue leker sendiri merupakan kuliner khas Tanah Air. Tidak ada literatur pasti mengenai asal muasal leker. Namun, beberapa sumber menyebutkan kue leker sebagai jajanan khas dari kota Solo dan Surabaya.

Menurut halaman resmi pemerintah Surakarta, dahulu kala banyak orang Belanda yang tinggal di Solo dan menyukai jajanan yang satu ini. Leker awalnya berasal dari bahasa Belanda yaitu Lekker, yang artinya enak. Setiap orang Belanda selesai memakan jajanan itu sering diakhiri dengan mengucap kata Lekker.

Kue leker mudah dijumpai di sekeliling kota Solo. Berisi potongan pisang yang ditaburi bubuk cokelat dan gula. Seiring perkembangan, kue leker juga hadir dengan berbagai macam rasa. Satu buah kue leker dihargai 1500 rupiah. TEMPO/Ifa Nahdi

Perbedaan bentuk

Cara paling mudah membedakan kue leker dan crepes adalah dengan melihat lipatan kulitnya. Kue leker umumnya hanya berbentuk satu lipatan, namun crepes di Indonesia biasanya berbentuk lebih dari satu lipatan.

Perbedaan bentuk ini kemungkinan terkait dengan wadah yang digunakan. Adonan leker biasanya akan dituang dalam wajan cembung bulat yang mirip seperti teflon. Itulah yang mengakibatkan lapisan pinggir leker lebih tipis ketimbang bagian tengah. Sementara itu, crepe dimasak menggunakan wajan datar dan rata sehingga membuat pugasan bisa disebarkan di semua bagian.

Perbedaan cara pembuatan

Kue leker umumnya dimasak di atas api arang. Anda mungkin sering melihat penjual leker memasak adonannya dengan memutar-mutar wajannya. Kemungkinan, hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan kematangan dan tekstur garing yang merata di lapisan kulitnya.

Berbanding terbalik, crepes umumnya telah menggunakan listrik sebagai sumber api untuk mengolah adonan. Alhasil tingkat kematangan dan teksturnya garing dan merata di seluruh lapisan kulitnya.

Perbedaan pugasan

Mengingat ukurannya yang lebih kecil, pugasan kue leker umumnya lebih terbatas. Dulu, pugasan leker biasanya terdiri dari pisang dan gula coklat. Seiring perkembangan zaman, kue leker kini tersedia dalam varian pugasan seperti pisang coklat, pisang coklat keju, keju susu, coklat keju, blueberry atau aneka rasa buah lainnya. Ada juga beberapa penjual leker yang mengkreasikan lekernya dengan berbagai pugasan modern, unik dan berlimpah.

Baca:Tips Bikin Anak Terbiasa Makan Camilan Sehat

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."