Gizi Seimbang Disarankan Rendah Garam, Tetapi Enak dan Lezat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi menaburkan garam. shutterstock.com

Ilustrasi menaburkan garam. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagai perusahaan produsen bumbu masak terkemuka, PT Ajinomoto Indonesia sangat concern dengan masalah kesehatan dan asupan gizi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan gaya hidup sehat, terlebih di masa pandemi. 

Dalam acara ini PT Ajinomoto Indonesia turut menghadirkan narasumber ahli di bidang pangan & gizi yaitu Prof Ahmad Sulaeman, Guru Besar Keamanan & Gizi Pangan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB. Dalam sharing session-nya, Prof Ahmad menjelaskan salah satu strategi dalam mewujudkan hidup sehat, yaitu dengan pengendalian asupan garam.

“untuk mencegah penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, dan hipertensi, guna mewujudkan hidup sehat, penting untuk diperhatikan anjuran dari Kementerian Kesehatan RI tentang pembatasan asupan gula, garam, lemak (GGL),” ungkap Prof Ahmad, dalam acara Virtual Media Gathering Ajinomoto pada 12 November 2021.

Menurut Ahmad, sebenarnya jika kita ingin makanan yang kita konsumsi memiliki cita rasa yang tinggi, namun juga ingin diet rendah garam, dengan menggunakan bumbu umami seperti MSG bisa dijadikan solusi.

"Banyak penelitian di luar negeri seperti di Jepang, menunjukkan bahwa penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam.Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya 1/3 dari kandungan natrium pada garam dapur biasa,” lanjutnya.

Selain sebagai strategi diet rendah garam, Prof Ahmad mengungkapkan bahwa penggunaan bumbu umami seperti MSG pada masakan juga memiliki berbagai manfaat lain seperti meningkatkan selera makan sekaligus meningkatkan performa harian, meningkatkan pencernaan makanan berprotein, serta mampu meningkatkan produksi saliva (air liur) yang berperan membantu proses pencernaan senyawa kompleks di mulut, sehingga pada saat sudah di lambung pun kemudian mudah diserap tubuh.

Sehubungan dengan prevalensi NCD terutama hipertensi, para ahli meminta membatasi asupan garam dalam menu gizi seimbang, namun harus tetap enak dan lezat. Menurut Ahmad, menu gizi seimbang yang enak dan lezat bisa diciptakan dengan cara, memilih dan mengombinasikan aneka-ragam pangan, memilih cara pengolahan, dan enambahkan bahan bahan yang bisa menjadikan enak dan menguatkan rasa. 

Ilustrasi garam. Shutterstock

Strategi Menurunkan Asupan Garam

• Asupan garam yang tinggi selalu dikaitkan dengan hipertensi 
• Garam penting selain sebagai penyumbang rasa asin yang merupakan salah satu dari lima rasa dasar yaitu asin, manis, asam, pahit dan umami
• Garam juga berfungsi dalam pengolahan seperti dalam fermentasi, pengasinan, pengawetan, dan sifat fungsional lainnya.
• Perlu strategi yang tepat untuk menurunkan asupan garam tanpa mengorbankan palatabilitas dan peranan dalam pengolahan dan keamanan pangan misalnya:
• Pilih pangan dan bumbu rendah atau tanpa sodium
• Hati hati dengan pangan yang dicuring, diasap atau diasin
• Batasi pangan olahan, sering tinggi sodium
• Alternatif strategi yang dapat menurunkan asupan garam tapi sekaligus memperkuat rasa dan menambah rasa lezat yaitu dengan penggunaan senyawa umami semisal monosodium L-glutamate.

Menurut Grant Senjaya selaku Public Relations Dept Manager PT AJINOMOTO INDONESIA, Hari Kesehatan Nasional bisa menjadi momentum yang penting bagi semua untuk saling mengingatkan tentang pentingnya menerapkan gaya hidup sehat terutama di masa pandemi Covid-19.

“Harapannya, melalui sharing session ini teman-teman media bisa menyebarluaskan pentingnya penerapan gaya hidup sehat dan juga fakta informatif dan ilmiah tentang bumbu umami seperti MSG. Kemudian, kegiatan tur virtual pabrik di Ajinomoto Visitor Center kami ini juga bisa menjadi sarana untuk mengedukasi masyarakat terkait produk-produk bumbu Ajinomoto yang terbuat dari bahan-bahan pilihan dan alami,” ujar Grant.

Baca: Cegah Risiko Penyakit Degeneratif dengan Membatasi Asupan Garam

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."