Mandi Air Panas Dapat Sebabkan Kulit Kering, Ini Tips Atasinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi mandi berendam. Freepik.com/Lifeforstock

Ilustrasi mandi berendam. Freepik.com/Lifeforstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anjuran mandi pada masa wabah Covid-19 semakin sering terdengar. Harapannya orang semakin terhindar dari wabah itu. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Arini Widodo mengatakan sebenarnya mandi saja tidak cukup untuk membunuh Virus Corona. "Corona baru bisa mati kalau terkena suhu di atas 70 derajat. Sedangkan itu tidak mungkin bagi kita,” katanya pada Peringatan Hari Kesehatan Nasional Zen+ dengan tema Zen Ajak Kenali Kulit Kering Sekali pada 12 November 2021.

Rata-rata, kata Arini, suhu ideal yang dapat digunakan bagi tubuh saat mandi adalah 37 derajat atau setara dengan suhu tubuh manusia. Walau begitu, mandi bisa menjadi salah satu usaha kita untuk terhindar dari virus itu. 

Sebaliknya, ada dampak lain yang dihasilkan bila menggunakan air panas secara terus menerus. Kegiatan itu bisa membuat kulit menjadi lebih kering. Ketika kulit rusak, maka akan timbul iritasi dan rasa gatal. “Jika digaruk, maka kulit akan semakin rusak dan masuk ke siklus awal lagi,” ujar Arini.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat dan setelah mandi untuk mencegah kerusakan kulit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tidak mengeringkan tubuh dengan cara yang kasar. Melainkan, cukup dengan menepuk-nepuknya dengan handuk yang lembut, dan segera menggunakan body lotion untuk mengunci kelembaban pada tubuh seusai mandi.

Selain itu, menjaga kelembaban udara ruangan juga menjadi penting yakni dengan sering membuka jendela, menggunakan air purifier, atau menaruh air panas di dalam ruangan. Tapi, jika hal tersebut dinilai sulit, maka hal yang bisa kita lakukan adalah dengan sering-sering keluar dari ruangan ber-AC tersebut.

Baca: Pakai Sampo Jadi Sabun Mandi, Ini Risikonya Kata Dokter Kulit

LAURENSIA FAYOLA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."