Ini Cara Seru Rayakan Hari Kopi Internasional

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi teko kopi.

Ilustrasi teko kopi.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hari Kopi Internasional dirayakan pada 1 Oktober. Kopi memang semakin banyak digemari masyarakat. Namun tahukah kamu bahwa beberapa tahun lalu, sempat terdengar kabar bahwa kopi akan punah akibat perubahan iklim. Tentu berita ini mengejutkan para penggemar kopi sejati. Namun, apakah benar bahwa kopi akan punah?

Agroecosystem Program Manager dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) Renata Puji Sumedi Hanggarawati menjelaskan, perubahan iklim tentu akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan. salah satunya pada ekosistem dan bentang alam, dan pada makhluk hidup. Ia mencontohkan, dampak perubahan iklim sudah dirasakan. Hanya saja, banyak dari kita yang belum menyadarinya. Salah satu ciri mudahnya adalah perubahan siklus musim hujan dan kemarau.

Tanaman kopi juga tentu ikut terdampak perubahan iklim. Musim semakin sulit diprediksi, musim panen berubah, hama penyakit meningkat. Gejala itu sudah dikeluhkan oleh petani kopi di Sumatra dan Flores Manggarai, yang selama ini menjadi lokasi program Yayasan KEHATI. Degradasi lahan dan kondisi ekosistem yang tidak mendukung akan berdampak pada penurunan produksi kopi. Tapi, Puji meyakini, kopi tidak akan punah, selama kita dapat turut mengurangi dampak perubahan iklim, baik dalam hal adaptasi maupun mitigasi. Namun, sebenarnya banyak faktor yang bisa menyebabkan menurunnya produksi kopi, misalnya sisi produktivitis, aspek lahan, serta aspek konsumsi.

Puji menambahkan bahwa memang ada estimasi bahwa sejumlah wilayah di kawasan Nusa Tenggara Timur, termasuk Flores, misalnya, akan jadi lebih kering. Hal ini tidak saja berdampak pada tanaman kopi, melainkan juga pada flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut. "Keanekaragaman hayati memang berpotensi terancam oleh perubahan iklim, kalau kita tidak mampu melakukan intervensi dalam bentuk adaptasi dan mitigasi dengan baik,” kata Puji dalam keterangan pers 1 Oktober 2021.

Sementara itu, barista sekaligus pemilik kedai kopi, Viki Rahardja, melihat alasan lain kenapa kopi disebut-sebut akan langka. Ia menilai, dengan pertumbuhan kedai kopi yang begitu menjamur, suplai dan permintaan jadi tidak seimbang. Produksi kopi di Indonesia tidak sebanding dengan pertumbuhan coffee shop yang begitu cepat.

Ilustrasi biji kopi. ANTARA/Irwansyah Putra

Pada Hari Kopi Internasional dan menjaga agar kopi tidak benar-benar punah, ini saatnya #mudamudibergerak! Lima cara berikut bisa sama-sama kita lakukan:

1. Jalin kolaborasi dengan petani kopi
Puji mengamati, petani kopi di kawasan Flores Manggarai didominasi oleh orang tua. Masih jarang ada anak muda yang tertarik untuk menjadi petani. Di sinilah diperlukan berbagai dukungan dari para pencinta kopi. “Anda bisa mengadakan pelatihan yang membuat anak muda tertarik untuk jadi petani kopi. Misalnya, workshop untuk jadi barista. Kalau ada yang punya pengetahuan untuk mengolah limbah kopi, Anda bisa bantu mereka agar bisa memanfaatkan limbah. Misalnya, dibuat menjadi bahan sabun atau lulur. Atau, ketika ada yang mengalami kesulitan pemasaran, maka Anda yang ahli dalam bidang tersebut bisa membantu membukakan digital platform,” kata Puji.

Di sisi lain, para pengusaha kopi yang kini semakin banyak juga perlu menerapkan fair trade. Sering kali pengusaha tidak mementingkan kualitas, melainkan mengutamakan harga murah. Puji menegaskan, sebetulnya tidak harus membeli dengan harga sangat tinggi, tapi diupayakan agar harganya fair bagi produsen.

Viki bercerita, ia sendiri sering mencari kopi dengan langsung mendatangi perkebunan kopi. Dulu kopi dijual mentah saja, sehingga harganya cenderung murah. Namun, sekarang biji kopi dijual pasca panen, yang sudah melalui beberapa proses. Proses alamiah yang lama dan rumit ini akan mendongkrak harga biji kopi. "Saat membeli kopi dengan harga mahal itu, kami mendapatkan karakter kopi yang diinginkan. Biasanya kami membeli dalam jumlah besar, katakanlah satu ton, lalu kami tawarkan kepada teman-teman sesama pengusaha kopi,” kata Viki, yang sebelum pandemi kerap melakukan edukasi langsung kepada petani.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."