Sebaiknya Jangan Pakai Pantyliner Saat Alami Keputihan, Lakukan Hal Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi keputihan. shutterstock.com

Ilustrasi keputihan. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaKeputihan adalah hal yang lazim terjadi pada perempuan, namun waspadai bila ciri-ciri keputihan yang dialami tidak normal, kata dokter spesialis kandungan  Cynthia Agnes Susanto dari Universitas Indonesia.

Keputihan adalah keluarnya cairan dari alat genitalia yang bukan darah. Ada tiga waktu di mana keputihan lazim terjadi pada perempuan usia produktif, yakni sebelum haid, sesudah haid dan menjelang ovulasi. Ini merupakan keputihan fisiologis atau normal. Ciri-cirinya adalah warna bening dengan tekstur seperti telur mentah, tekstur putih susu dan agak cloudy yang agak kental tanpa bau menyengat juga termasuk normal.

Sementara keputihan patologis adalah keputihan yang tidak normal. "Pertama candidiasis, dia putih, kental, seperti keju. Biasanya perih dan gatal. Karena gatal kita garuk-garuk dan menimbulkan luka di organ genital luar," kata Cynthia dalam webinar kesehatan, Sabtu 25 September 2021.

Candidiasis bisa sembuh sendiri. Namun, bila keputihan ini berulang dua hingga tiga kali dalam setahun, dia menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Lalu, keputihan akibat bakteri yang warnanya putih tapi lebih encer. Warnanya juga bisa keabuan. Ciri utamanya adalah bau amis. Bakterial Vaginosis ini sering terjadi akibat perubahan pH pada vagina. Perubahan pH ini membuat koloni bakteri dan jamur mudah berkembang biak di organ kewanitaan. Kemudian, Trichomonas yang memiliki ciri kuning kehijauan yang bisa diakibatkan infeksi menular seksual. Keputihan jenis ini sangat berbau.

Pemakaian pantyliner tidak disarankan untuk mengatasi keputihan, apalagi jika dipakai setiap hari, karena bisa membuat vagina jadi lembab akibat pertukaran udara yang sulit terjadi. Lebih baik untuk mengganti celana dalam, utamanya berbahan katun, lebih sering dibandingkan memakai pantyliner.

Keputihan juga bisa terjadi akibat gonore yang ditandai dengan nyeri saat buang air kecil (anyang-anyangan) dan nyeri panggul serta perut. Keputihan ini juga bisa keluar dari penis, bukan cuma vagina. Keputihan terjadi bila kebersihan di vagina tidak terjaga secara benar. "Terlalu bersih atau terlalu kotor juga jadi faktor risiko," jelas dia.

Cara cebok yang salah bisa menimbulkan masalah. Dia mengingatkan untuk cebok dari arah depan ke belakang, dari saluran kemih ke arah anus. Lakukan secara searah, jangan bolak-balik. Jika cebok dari belakang ke depan, bakteri di anus bisa masuk ke dalam vagina dan menimbulkan risiko infeksi saluran kencing. Bersihkan vagina dengan air bersih yang mengalir dan jangan lupa untuk keringkan dengan handuk kecil atau tisu lembut tanpa pewangi.

Ketika akan berkonsultasi dengan dokter seputar keputihan, bawa serta pasangan agar keduanya bisa disembuhkan karena bisa saja pasangan juga terinfeksi saat berhubungan intim. Jika hanya satu orang yang mendapatkan terapi kemudian sembuh, reinfeksi bisa terjadi.

Cynthia menegaskan, keterbukaan dan komunikasi dengan pasangan adalah kunci utama. "Jangan pernah saling tuduh, misalnya langsung beranggapan pasangan 'jajan'. Bisa saja kita tidak ngapa-ngapain hanya dari kamar mandi umum tapi kecipratan dan jadinya terkena gonore," ujar dia.

Untuk orang yang mengalami keputihan, dia mengatakan perhatikan warna, waktu, aroma dan apakah rasa gatal yang menyertai. Bila keputihan terjadi berulang-ulang dan tidak kunjung sembuh, dia menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Baca: Jenis Obat untuk Mengatasi Keputihan Berwarna Hijau

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."