Cek Gejala Gangguan Kesehatan Mental di Internet Bikin Panik, Mengapa?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi perempuan stres/depresi. Shutterstock.com

Ilustrasi perempuan stres/depresi. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pernahkah kamu merasa pusing dan tidak enak badan, lalu memutuskan mencari tahu gejala penyakit yang kamu alami di internet? Kalau Anda pernah melakukannya, itu berarti kamu telah melakukan self-diagnose.

Self-diagnose merupakan istilah yang digunakan ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri. Ternyata, self-diagnose juga banyak dilakukan untuk memeriksa kesehatan mental.

Psikolog Prita Yulia Maharani mengatakan banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka.

Tim konselor dari aplikasi konseling ini menambahkan sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah.

"Sebenarnya tidak apa-apa, kok mencari tahu gejala gangguan mental di Google. Tapi, jangan lupa cross-check. Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya," ucapnya melalui siaran pers.

Apa bahaya yang tidak disadari dari melakukan diagnosis kesehatan mental sendiri berdasarkan informasi di internet?

1. Membuat panik

Manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya? Itulah mengapa lebih mudah bagi Anda untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.

Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuat Anda mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Periksakan diri ke psikolog profesional yang bisa menjelaskan kondisi dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.

2. Membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan

Gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang Anda tebak lewat internet belum tentu benar. Bisa saja Anda yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya Anda mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.

Saat Anda melakukan self-diagnose, Anda jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami. Anda hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu Anda jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

3. Bisa memperparah kondisi kesehatan mental

Salah satu risiko dari melakukan self-diagnose adalah dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Ini bisa terjadi karena terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang dialami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.

Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu. Kelemahannya adalah tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mental. Bisa jadi Anda salah langkah dengan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif.

4. Menyangkal masalah kesehatan mental yang sedang dialami

Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self-diagnose. Tetapi, ternyata hal kebalikannya juga berlaku. Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.

Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang ia alami tidak terlalu parah. Padahal penyangkalan tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.

5. Membuat enggan berkonsultasi dengan pakar

Setelah berselancar masalah kesehatan mental, Anda jadi merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, Anda berpikir bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli.

Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan masalah kepercayaan kepada psikolog dan psikiater. Hal ini dapat terjadi karena sudah terlalu percaya diagnosis yang kamu dapat dari internet. Anda jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.

Baca: Kesehatan Mental Perlu Terjaga, Perhatikan 5 Pilar Penentu Ini

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."