Mengenal Orgasme yang Tidak Menyenangkan Saat Bercinta, Ini Penyebabnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Yanalya

Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Yanalya

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam menjalin keintiman atau bercinta dengan pasangan, salah satu fase yang ditunggu ialah klimaks atau orgasme yang melibatkan kedua belah pihak. Namun, perlu diketahui pula jika orgasme tidak melulu saat melakukan penetrasi, tetapi juga saat meraba dan bersentuhan.

Tak heran jika dalam praktiknya seringkali terjadi pasangan yang mengeluh telah mengalami orgasme tidak menyenangkan. Anda mungkin merasa kecewa, tetapi masih banyak cara mendaptkan orgasme tanpa penetrasi. Seperti yang dikatakan Seksolog Jess O'Reilly dilansir dari laman Womenshealth, 25 Agustus 2021, jika orgasme kebanyakan yang dialami umumnya mengacu pada orgasme yang tidak terlalu menyenangkan.

Namun, bukan berarti orgasme yang rusak tidak bisa erotik. Misalnya, orgasme yang rusak mungkin memungkinkan peserta untuk bermain dengan dinamika kekuatan dan (kehilangan) kontrol. "Hal ini terkait dengan emosi seperti penghinaan, yang bisa menjadi elemen permainan peran seksual lainnya," kata O'Reilly.

Aspek lain yang berpotensi menarik dari orgasme tidak menyenangkan yakni menghilangkan norma atau harapan yang dominan secara sosial bahwa Anda seharusnya orgasme dengan satu cara tertentu. 

Orgasme yang tidak menyenangkan adalah orgasme yang bersandar pada stimulasi dan godaan berhenti-dan-mulai, dan dalam kasus pasangan dominan memberikan stimulasi yang cukup untuk membuat pasangan yang tunduk pada orgasme, tetapi kemudian berhenti dan terputus.

O'Reilly juga memberikan tips misalnya, jika Anda biasanya membelai diri sendiri tepat sebelum atau selama orgasme untuk meningkatkan kenikmatan, Anda mungkin berhenti (atau disuruh berhenti) beberapa detik lebih awal, sehingga Anda mengalami kontraksi otot. (dan mungkin ejakulasi) yang cenderung menyertai orgasme, tetapi bukan kenikmatan klimaks."

Perlu diketahui jika orgasme yang tidak menyenangkan atau permainan seks yang kuat, membutuhkan persetujuan dan bagi kedua pasangan untuk membuat pedoman, menetapkan batasan, dan menegosiasikan secara spesifik sebelum mereka mulai bereksperimen.

Bagaimana jika dibandingkan dengan orgasme yang dipaksakan? Orgasme yang dipaksakan yakni ketika seseorang tidak ingin orgasme, tetapi pasangannya cukup merangsang mereka untuk orgasme, sehingga tidak melibatkan kesenangan bagi kedua belah pihak. 

Dengan orgasme paksa, Anda masih kurang kontrol (seperti pada pasangan Anda mungkin mengikat Anda dan merangsang Anda ketika Anda mengatakan Anda tidak menginginkannya—setelah Anda menyetujui jenis seks ini, tentu saja), tetapi orgasme paksa benar-benar bisa mengakhiri hubungan seks. 

Orgasme yang dipaksakan bisa jadi akan melibatkan hubungan yang dominan dan tunduk, di mana seorang penurut tidak "ingin" orgasme, tetapi pasangan yang dominan terus memberikan rangsangan sehingga mereka melakukannya. Ini adalah permainan peran yang melibatkan dinamika kekuasaan.

"Anda mungkin juga mengalami orgasme yang tidak menyenangjan secara tidak sengaja karena gangguan atau pikiran yang mengganggu atau pasangan menghampiri Anda tepat saat Anda akan orgasme dan tubuh Anda terus merespons, tetapi Anda tidak lagi mengalami sensasi atau respons yang menyenangkan," ucap O'Reilly. 

Baca: Mengenal 10 Jenis Orgasme pada Wanita, Menurut Pakar

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."