Tidak Sekadar Alat Komunikasi, Saat Ini Smartphone Dianggap Sebuah Ikon Hidup

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Seorang pria dan wanita memainkan aplikasi Pokemon Go dari ponsel miliknya di Melbourne, Australia, 13 Juli 2016. Diketahui, lamanya waktu pengguna smartphone dalam memainkan Pokemon Go berhasil mengalahkan durasi aktivitas di WhatsApp, Tinder, dan Instagram. (Photo by Robert Cianflone/Getty Images)

Seorang pria dan wanita memainkan aplikasi Pokemon Go dari ponsel miliknya di Melbourne, Australia, 13 Juli 2016. Diketahui, lamanya waktu pengguna smartphone dalam memainkan Pokemon Go berhasil mengalahkan durasi aktivitas di WhatsApp, Tinder, dan Instagram. (Photo by Robert Cianflone/Getty Images)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penggunaan ponsel pintar atau smartphone di Indonesia kini tak lagi sekadar alat komunikasi, tapi juga sebagai alat bantu kegiatan sehari-hari bahkan menjadi salah satu ikon gaya hidup bagi segelintir orang. "Bagi segelintir masyarakat, smartphone digunakan sebagai salah satu ikon gaya hidup dan menjadikannya sebagai media hiburan sekaligus menyalurkan hobi," kata psikolog dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto Senin 23 Agustus 2021.

Menurut Kasandra, hal itu juga menjadi alasan sebagian besar orang Indonesia lebih menyukai bermain media sosial, game, dan berbelanja online daripada belajar dan berbisnis melalui smartphone. "Layar smartphone juga berukuran kecil dan biasanya memiliki penyimpanan yang terbatas, sehingga itulah mengapa penggunanya fokus pada fitur rekreasional dan personal," tambahnya.

Disamping memiliki ragam dalam kehidupan sehari-hari, kata Kasandra, penggunaan smartphone yang telah menjadi salah satu ikon gaya hidup itu juga tentunya dibarengi dengan dampak negatif terhadap psikologis penggunanya.

Dalam jangka pendek, pengguna dapat merasakan mata yang lelah dan sulit fokus pada tugas-tugas penting. Sedangkan jangka panjangnya dapat membuat pengguna mengalami perasaan terisolasi, narsisme, dan kecemasan. "Bahkan bisa juga berkontribusi pada kondisi kesehatan yang lebih serius seperti depresi dan adiksi," katanya.

Oleh karena itu, Kasandra mengingatkan masyarakat agar tetap menggunakan perangkat dan teknologi digital secara sehat dan bermanfaat. "Salah satunya adalah merefleksikan diri atas kebiasaan kurang bermanfaat dalam menggunakan perangkat dan teknologi digital yang dimiliki, kemudian gunakan teknik mengganti kebiasaan tersebut dengan kebiasaan baru yang bertentangan," kata Kasandra.

Kasandra juga mengatakan, pengguna smartphone perlu mematikan notifikasi media sosial dan menggantinya dengan notifikasi untuk bermeditasi, mendengarkan buku audio, memainkan game pelatihan otak, dan aktivitas pengembangan diri yang bisa dilakukan melalui smartphone.

"Seiring waktu, perangkat dan teknologi digital yang kita gunakan akan mulai memicu impuls diri untuk fokus kepada kegiatan yang produktif dan baik dalam pengembangan diri," katanya.

Baca: 3 Tips Gunakan Smartphone untuk Menambah Penghasilan, Bagaimana Caranya?

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."